Orang Miskin Masuk Surga 500 Tahun Mendahului Orang Kaya

0
ilustrasi @batamnews

Ada kaum muslimin yang tidak adil dalam bersikap terkait kaya dan miskin. Sebagian mereka menganggap bahwa orang miskin jauh lebih mulia, sedangkan lainnya menganggap orang kaya yang jauh lebih mulia. Berikut ini penjelasan Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah terkait dua keadaan tersebut.

Disebutkan dalam riwayat Imam at-Tirmidzi dari Abu Hurairah dengan derajat Hasan Shahih, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Orang-orang miskin kaum muslimin masuk surga setengah hari (500 tahun) lebih dahulu dari orang-orang kaya.”

Dalam riwayat lain oleh Imam Muslim dengan derajat shahih dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Orang-orang miskin mendahului orang kaya pada Hari Kiamat sejarak empat puluh tahun.”

Padahal, di antara sahabat Nabi yang kaya raya selayak ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Abdurrahman bin Auf, dan lainnya adalah sosok yang dijamin masuk surga. Bahkan mereka terdepan dalam jihad, infaq, dan sedekah di jalan Allah Ta’ala.

Lantas, dari kedua hal ini, manakah yang lebih benar? Apakah orang miskin yang bersabar ataukah orang kaya yang bersyukur? Manakah di antara keduanya yang lebih mulia? Manakah yang akan masuk surga lebih dahulu, dan bagaimana derajatnya kelak di surga-Nya?

Secara singkat, Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa yang terbaik dari keduanya adalah siapa yang paling bagus takwanya. Dialah yang kelak mendapatkan derajat paling tinggi di sisi Allah; baik orang miskin yang sabar atau orang kaya yang bersyukur.

Terkait dua hadits shahih yang kami kutip di atas, Imam Ibnul Qayyim menjelaskan, “Perlu digarisbawahi bahwa hal ini tidaklah mengurangi kapasitas para sahabat (yang kaya) yang masuk surga belakangan.” Mereka itu, lanjut penulis ‘Uddatush Shabirin ini, “Terkadang justru lebih tinggi derajatnya di surga daripada orang yang lebih dulu masuk surga.”

Maka yang menyebabkan keterlambatannya adalah, “Hanyalah disebabkan prosesi hisab.”

Di akhir penjelasannya, beliau mengatakan, “Derajat ‘Abdurrahman bin Auf dalam jihad, infaqnya yang berlimpah, dan sedekahnya bisa membuat dirinya masuk surga secepat kilat, sekejap mata, ataupun sekencang kuda pacuan. Semua amalnya itu tidak akan membiarkannya memasuki surga dengan merangkak.”

Demikianlah penjelasan yang lebih tepat. Sehingga, kita tidak anti dan mengutuk kekayaan, juga tidak galau, khawatir, atau bersedih dengan ujian kemiskinan yang diberikan oleh Allah Ta’ala. [Pirman]

Artikel sebelumnyaTerhapusnya Amal 70 Tahun karena Satu Keburukan
Artikel berikutnyaJika Mandi, Aku Khawatir Akan Binasa