Nasehat Rasulullah Ini Mak Jleb Buat Kita di Bulan Syawal

0
Nasehat rasulullah
ilustrasi (pinterest)

“Ayo, mana yang lain?” Admin ODOJ mengingatkan di grup. Banyak yang belum tuntas tilawah harian. Pertengahan Syawal telah lewat, namun setoran juz banyak yang bolong dan terlambat.

Syawal artinya adalah peningkatan. Namun sering kali kita justru mengalami penurunan di bulan ini. Tak hanya dibanding Ramadhan, bahkan dibanding bulan Rajab dan Sya’ban.

Selama Ramadhan, kita sudah ditempa dengan berbagai amal ibadah. Selain tilawah, setiap malam kita qiyamul lail. Minimal mengerjakan sholat tarawih dan sholat witir. Bahkan menambahkannya dengan sholat tahajud.

Namun apa yang terjadi setelah Ramadhan usai? Tilawah dan sholat malam yang tak pernah kita tinggalkan selama sebulan penuh, masihkah bertahan?

Maka sebuah nasehat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Abdullah bin Amr bin Ash patut kita renungkan.

يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ

“Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Ia dulu biasa shalat malam, tapi kini meninggalkannya.” (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan, beliau tidak bisa menemukan siapa nama fulan dalam hadits ini. Kemungkinannya untuk menyembunyikan aib orang itu hingga Rasulullah tak menyebut namanya. Namun yang paling penting adalah pelajarannya. Agar Abdullah –dan kita semua- tak meninggalkan amalan yang sudah biasa kita kerjakan.

Dan bukankah kondisi kita sangat dekat dengan fulan dalam hadits itu? Qiyamul lail yang kita lakukan selama Ramadhan, lantas kita tinggalkan di bulan Syawal. Ia dulu biasa shalat malam, tapi kini meninggalkannya.

Baca juga: Kisah Qabil dan Habil

Jika itu yang terjadi, kita juga pantas mengkhawatirkan kualitas amal Ramadhan kita. Sebab sebagian ulama mengingatkan, salah satu tanda keberhasilan Ramadhan seseorang adalah dilihat dari amal-amal setelahnya. Berbekaskah amalannya dan membaikkah akhlaknya.

Sebab tujuan puasa adalah membentuk jiwa yang bertaqwa. Dan ketaqwaan itu tak hanya di bulan Ramadhan. Ia harus terus mewarnai di bulan Syawal dan seterusnya. Ibarat kompetensi yang diperoleh di sebuah jenjang pendidikan, ia tak lantas kehilangan kompetensi itu setelah wisuda. [Muchlisin BK/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaKisah Imam Ahmad dan Dahsyatnya Istighfar Penjual Roti
Artikel berikutnya4 Keutamaan Wudhu yang Mencengangkan