Islam adalah agama yang paling mulia. Islam mengatur seluruh persoalan terkait kehidupan umat manusia, di dunia dan akhirat. Tidaklah terdapat suatu hal/persoalan di dalam kehidupan, kecuali Islam telah mengaturnya dengan sangat baik.
Terkait pertemanan, ada sebuah kaidah yang sangat agung. Kita bisa menjadi hamba yang paling dicintai Allah Ta’ala melalui pertemanan di dunia nyata maupun dunia maya melalui media sosial.
Siapa pun teman kita, mereka tak ubahnya anggota badan yang memiliki hak dan kewajiban. Sebagai teman, kita memiliki kewajiban untuk mengingatkannya agar senantiasa berada di jalan kebaikan.
“Dua orang Muslim yang bersaudara ibarat sepasang tangan; satu sama lain saling membersihkan.” sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana dikutip oleh Imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala dalam Bidayatul Hidayah.
Hendaknya kita saling membersihkan. Jangan justru saling mengotori, padahal Tuhan kita satu; Allah Ta’ala, Tuhan semesta alam.
“Setiap dua orang yang berteman,” sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaiman dikutip Imam al-Ghazali dalam kitab yang sama, “maka yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah yang paling baik kepada temannya.”
Bagaimana menjadi yang paling baik bagi sahabatnya? Apa yang mesti dikerjakan dan terlarang dilakukan agar kita layak menyandang gelaran terbaik bagi sahabatnya?
Jadilah teman untuk akhirat, sebagaimana dijelaskan Imam al-Ghazali. Ialah teman yang bermanfaat layaknya makanan. Makanan yang sehat, halal, dan diberkahi. Makanan yang mampu menyehatkan fisik, mencerdaskan pikiran, dan menjernihkan ruhani.
Sebaliknya, jangan menjadi teman yang merugikan di dunia dan akhirat. Teman jenis ini tiada fungsinya. Hanya mengandung keburukan. Tiada terdapat di dalamnya kebaikan, secuil apa pun.
Guna menggapai derajat teman untuk akhirat, Imam al-Ghazali membeberkan satu rahasia yang beliau kutip dari sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam kitab yang sama.
“Setiap orang yang berteman dengan orang lain, meskipun hanya sebentar pada siang hari, maka ia akan ditanya (pada Hari Pembalasan) tentang apakah ia sudah melaksakan kewajiban dalam berteman sebagaimana ditentukan oleh Allah Ta’ala?”
Ialah saling mengingatkan dan nasihat menasihati dalam kebaikan, kesabaran, dan kasih sayang.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]