Hanya orang-orang kurang berilmulah yang meremehkan, menyepelekan, dan merendahkan para tukan adzan, muadzin. Mereka, biasanya, melihat tukang adzan sebagai sosok tak berpotensi, pengangguran, tidak memiliki keahlian, hingga layak mendapatkan tugas memanggil orang shalat, lima kali dalam sehari, tujuh hari dalam sepekan. Sepanjang hari setiap bulan, tanpa ada hari libur atau cuti.
Padahal, orang-orang mukmin dan siapa pun yang berakal seharusnya menaruh iri yang amat besar kepada siapa pun yang mendapatkan tugas dan panggilan jiwa untuk menjadi tukang adzan. Mereka, sejatinya adalah orang-orang terpilih yang jumlahnya sangat sedikit. Jarang ditemui.
Selain pahala yang amat besar sebagaimana dijanjikan oleh Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, kisah berikut ini sudah cukup menjadi bukti yang amat kuat mengapa orang-orang beriman harus merasa iri kepada para tukang adzan.
Dikisahkan oleh Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham dalam taushiyah dan dzikir di Masjid al-Istiqamah Kampung Sawah Desa Lengkong Kulon Kecamatan Pagedangan Tangerang, ada salah satu kenalan beliau yang sangat menyukai adzan.
Baginya, adzan bukanlah profesi yang harus dijalani dengan rasa tertekan. Mengumandangkan adzan merupakan panggilan jiwa yang dia lakukan dengan senang hati, dengan nurani yang amat tulus. Sepenuh jiwa.
Tidaklah waktu shalat masuk, kecuali laki-laki ini yang mengumandang adzan. Merdu dan menggerakkan, sebab berasal dari hati yang tulus. Terus seperti itu, hingga datanglah hari yang ditakdirkan dan mustahil diingkari.
Sang laki-laki bersiap dengan penampilan terbaik. Dalam keadaan suci karena berwudhu. Memulai dengan ta’awwudz dan menyebut nama Allah Ta’ala. Lalu memulai adzan.
Allahu akbar Allahu akbar
Allahu akbar Allahu akbar
Asyhadu an laa ilaha illallah
Asyhadu an laa ilaha illallah
Asyhadu anna Muhammadan Rasululllah
Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah
Hayya ‘alash sholah
Hayya ‘alash sholah
Hayya ‘alal falah
Hayya ‘alah falah
Allahu akbar Allahu akbar
Laa ilaha ilallah
Setelah kalimat terakhir tunai meluncur dari lisannya, laki-laki ini pingsan. Tak bernyawa. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Sungguh, inilah kisah yang seharusnya membuat kita iri. Inilah tujuan hidup yang seharusnya kita pancangkan kuat-kuat di dalam hati. Amat mustahil kisah ini dialami oleh siapa pun yang tak pernah, apalagi tak bisa mengumandang adzan.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]