Mengapa Setan Bersembunyi di Hidung Manusia?

0
ilustrasi @lump

“Apabila salah seorang di antara kamu bangun dari tidur,” sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “hendaklah berwudhu dan menghirup air dengan hidung, lalu mengeluarkannya lagi, sebanyak tiga kali.” Pungkas Nabi dalam sabda yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ini, “Sebab setan bersembunyi di hidungnya.”

Lalu, timbullah pertanyaan, mengapa setan memilih bersembunyi di hidung ketika seseorang tidur?

Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi menjelaskan, sebagian ulama berpendapat bahwa hidung sangat jauh dari nilai ibadah, sangat berbeda dengan mata, telinga, atau mulut seorang hamba yang bisa dijadikan sarana sangat efektif untuk senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala.

Mata, misalnya, menjadi pintu untuk melihat penciptaan langit, bumi, dan semesta raya. Dengan menghayati beragam jenis ciptaan Allah Ta’ala, maka iman dan takwa seseorang bisa semakin bertambah dan berkualitas. Tutur Syeikh Ibnu Muflih, “Mata merupakan pintu untuk mengambil pelajaran dan pemahaman. Sementara pemahaman merupakan pintu untuk berpikir.”

Dari berpikir itulah, seorang hamba akan tergerak untuk senantiasa bersyukur, kemudian memanfaatkan waktunya untuk selalu berdzikir kepada Allah Ta’ala.

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu.” (al-Baqarah [2]: 152)

Semakin banyak memikirkan alam semesta, maka seorang hamba akan semakin kerap mengingat Allah Ta’ala dalam berdiri, duduk, dan berbaringnya. Dan senantiasa ingat kepada Allah Ta’ala ini bisa mengantarkan seorang hamba menuju golongan orang yang beruntung.

“Dan sebutlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Qs. al-Anfal [8]: 45)

Telinga pun demikian. Ia menjadi sarana efektif untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Baik dengan mendengarkan pembacaan ayat suci al-Qur’an, mendengarkan banyak suara hewan dan fenomena alam untuk meningkatkan iman, atau pun beragam jenis kajian di banyak forum yang bisa menjadi jalan efektif untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

“Yang paling mendengarkan, lalu mengikuti yang paling baik di antaranya.” (Qs. az-Zumar [39]: 18)

Telinga juga bisa menjadi sarana efektif untuk senantiasa mendengarkan lantunan nama-nama dan klaimat-kalimat Allah Ta’ala yang senantiasa disenandungkan dalam dzikir-dzikir di banyak kesempatan. Sedangkan hidung, simpul Syeikh Ibnu Muflih menutup penjelasannya, “Sama sekali tidak memiliki fungsi-fungsi itu.” [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaHanya Dari Arah Ini, Setan Tak Kuasa Menggoda Kita
Artikel berikutnyaInilah Iming-Iming Iblis kepada Bala Tentaranya