Ketika dakwah sudah menunjukkan kekuatannya, maka akan lahir golongan pertengahan antara muslim dan kafir. Mereka adalah golongan munafik yang juga pendusta. Mereka menghalalkan dusta demi keberhasilan makar yang direncanakan.
Sebagaimana diketahui, orang munafik adalah sosok yang tidak sama antara perbuatan dan isi hatinya. Mereka bisa dengan mudah mengatakan telah beriman kepada Allah Ta’ala dan membenarkan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Namun, yang ada di hatinya adalah pengingkaran.
Dengan begitu, mereka merasa telah menipu orang-orang beriman dan Allah Ta’ala. Padahal, mereka hanya menipu diri sendiri, tapi tidak menyadarinya. Apalagi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam diberi kelebihan untuk mengetahui siapa orang munafik, dan Allah Ta’ala Maha Mengetahui isi hati semua hamba-Nya.
Karena bermuka dua itu pula, orang munafik adalah pendusta. Ia mengatakan sesuatu yang tidak diyakini hanya demi mendapatkan keamanan harta dan nyawanya. Sebab dusta ini, di dalam hati orang munafik terdapat penyakit yang semakin bertambah.
Namun, mengapa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak membunuh orang munafik dan tokoh-tokohnya? Bukankah telah nyata permusuhan dan kerusakan yang mereka timbulkan? Bukankah banyak kejadian yang mengacaukan kaum muslimin sebab makar yang dibuat oleh mereka?
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyampaikan jawabannya kepada Umar bin Khaththab, “Aku tidak suka kalau nanti bangsa Arab memperbincangkan bahwa Muhammad telah membunuh sahabat-sahabatnya.” Jawaban ini termaktub dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim.
Artinya, orang-orang munafik itu berbaur dan nampak beriman. Mereka tampak menyertai Nabi dan para sahabatnya, sehingga orang-orang yang tidak tahu akan menyangka bahwa orang-orang munafik itu adalah sahabat Nabi juga. Nah, jika mereka dibunuh, maka orang munafik lain akan menimbulkan fitnah bahwa Nabi telah membunuh pengikutnya yang baik imannya dan setia.
Mengomentari hal ini, Imam asy-Syafi’i mengatakan, “Karena apa yang mereka (orang muanfik) tampakkan itu menutupi apa yang sebelumnya (kemunafikannya).”
Hal ini diperkuat dengan sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam akan melindungi orang yang mengucapkan kalimat tauhid dan mengakui kerasulannya. Beliau akan melindungi darah dan hartanya.
Karena hal ini pula, kaum muslimin harus senantiasa berhati-hati. Bukan dengan sibuk mencari-cari siapa orang munafik yang memusuhi Islam dari dalam, tapi dengan sibuk meneliti ke dalam hatinya. Sebab munafik, masuk ke dalam hati dengan cara yang amat halus sebagaimana penyakit hati lainnya. [Pirman]