Dari sekitar enam ribu lebih ayat al-Qur’an terdapat ayah-ayat berupa kabar gembira (targhib) dan ancaman (tarhib). Ternyata, jumlah kedua ayat tersebut serupa, masing-masing disebutkan delapan kali di dalam al-Qur’an yang mulia.
Jika harapan bisa mudah dipahami sebagai wujud optimisme, mengapa Allah Ta’ala menyebutkan ayat-ayat yang bermakna ancaman? Bukankah ancaman bisa berdampak buruk berupa ketakutan atau balas dendam?
Untuk menjawab pertanyaan ini, ada jawaban menarik yang disampaikan oleh Dr ‘Umar ‘Abdul Kafi dalam bukunya al-Wa’dul Haq. Beliau menyebutkan empat hikmah di balik adanya ayat ancaman di dalam al-Qur’an.
Sesuai Karakter Manusia
“Kebanyakan manusia,” tulis Dr ‘Umar ‘Abdul Kafi, “menerima ancaman atau peringatan.” Jenis peringatan ini seperti yang disebutkan dalam surat al-Baqarah [2] ayat 21. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Wahai manusia, beribadahlah kepada Tuhan kalian.”
Inilah peringatan yang sekaligus bermakna perintah. Agar manusia senantiasa menyembah kepada Allah Ta’ala sebagai satu-satu-Nya Rabb Semesta Alam.
Manusia Suka Merasa Baik
Manusia memiliki tabiat merasa baik sehingga enggan beramal shalih. Sebagian besar manusia merasa cukup dengan amalan yang dikerjakan. Maka, Allah Ta’ala menyampaikan ancaman agar hamba-hamba-Nya takut hingga bergegas melakukan amal shalih lantaran merasa bahwa amalnya itu secuil dan amat tak bisa diandalkan untuk bisa menolongnya di akhirat kelak.
Bukti bahwa Allah Mahaadil
Ayat-ayat berisi ancaman seringkali disandingkan dengan ayat-ayat pemberi kabar gembira (harapan). Sebab dua hal ini merupakan paket lengkap agar seorang hamba bisa benar-benar menempuh jalan menuju Allah Ta’ala dengan sebaik-baiknya, dengan seimbang.
Di antara ayat yang menyandingkan targhib dengan tarhib ialah surat ar-Ra’du [13] ayat 6 dan surat al-Ghafir [40] ayat 3.
Antisipatif
Hendaknya kita meniru amalan sahabat mulia Hudzaifah bin Yaman Radhiyallahu ‘anhu yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam tentang keburukan, padahal sahabat lain bertanya tentang kebaikan.
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang disampaikan oleh Imam al-Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Abu Dawud Rahimahumullahu Ta’ala, “Sedangkan aku bertanya tentang keburukan karena takut (keburukan itu) akan menimpaku.”
Ancaman selayaknya kita jadikan senjata ampuh saat bisikan nafsu menggedor-gedor pintu hati serta berupaya masuk ke dalamnya. Bayangkan betapa ngerinya neraka dengan seluruh siksaan di dalamnya. Bayangkan Anda di dalamnya, dan bertanyalah tentang kesiapan diri. Bahkan api dunia saja amat menyakitkan serta menghancurkan, apalagi api neraka jahannam.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
*Yang berminat membeli buku al-Wa’dul Haq bisa pesan di 085691479667 dengan format= Pesan WH-jml-alamat lengkap.