Di dalam surah al-Waqi’ah disebutkan bahwa manusia terbagi ke dalam tiga golongan. Golongan orang yang terdahulu, golongan kanan dan golongan kiri. Ketiga golongan ini akan mendapatkan balasan masing-masing di akhirat sesuai dengan amal yang mereka kerjakan di dunia.
Dalam surah yang lain, az-Zumar misalnya, di akhir surah juga disebutkan tentang golongan-golongan manusia di akhirat. Dalam surah tersebut, manusia hanya dikelompokkan menjadi dua rombongan besar yaitu ahli surga dan penghuni tetap neraka.
Dalam tafsir al-Quranul ‘Azhim, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa umat manusia dimasukkan ke dalam surga dalam bentuk rombongan-rombongan (zumaran) sesuai dengan kelasnya masing-masing.
Misalnya kelompok para nabi dan orang-orang bukan nabi tetapi memiliki amalan tertentu sehingga layak disejajarkan balasannya, golongan syuhada’ dan orang-orang yang sederajat dengannya, golongan shiddiqin dan mereka yang semaqam dengannya, dan sebagainya.
Tentu saja, hal ini merupakan kabar gembira bagi kita yang amat minim amalnya. Dengan kabar demikian, kita masih bisa melabuhkan harap, semoga Allah Swt berkehendak menempatkan kita di surga tertinggi bersama dengan orang-orang shaleh terdahulu.
Guna menambah semangat menggapai surga pula, mari sejenak merenungi keadaan rombongan yang pertama masuk surga.
”Rombongan pertama yang masuk surga, rupa mereka seperti bulan di malam purnama,” tutur Abu Hurairah suatu ketika meriwayatkan sabda sang Nabi. “Mereka,” lanjutnya, “tidak pernah meludah, tidak pernah berdahak dan tidak pernah buang air di dalam surga,” demikian sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam hadits nomor 3327.
Masih dalam redaksi yang juga diriwayatkan oleh Imam Muslim ini dijelaskan, “Wadah-wadahan dan sisir mereka terbuat dari emas dan perak. Pedupaan mereka adalah getah kayu uluwwah,” emas yang ketika di dunia dikejar, kelak hanya berfungsi sebagai sisir dan tempat aneka kebutuhan penghuni surga. Dan, “keringatnya berbau minyak kesturi,” aduhai indahnya.
Selain itu, “Masing-masing mereka mempunyai dua orang istri,” bukan sembarang istri tentunya, “yang karena cantiknya, sumsum betisnya dapat terlihat dari balik dagingnya,” Masya Allah, kecantikan sempurna yang tak bisa digambarkan dengan lukisan atau terbayangkan dalam imajinasi.
Mereka juga mendapatkan ketenangan, “Tidak ada perselisihan dan tidak ada saling membenci diantara mereka,” demikian bunyi hadits yang diriwayatkan pula oleh imam Ibnu Majah ini. Sedangkan pekerjaan mereka setiap hari sebagaimana disebutkan juga dalam riwayat Imam Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Ahmad ini, “Mereka selalu bertasbih menyucikan Allah swt setiap pagi dan petang.”
Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaha Illallah, Allahu Akbar. Semoga kita layak menjadi bagian dari rombongan pertama ini. Aamiin. [Pirman]