Surga adalah karunia yang diberikan Allah Swt kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Seorang hamba tidak akan masuk surga karena amalnya. Ia hanya bisa menjejaki dan menetap di dalam tempat penuh kenikmatan itu karena Rahmat-Nya semata. Dalam hal ini jumhur ulama bersepakat bahwa amal hanya menjadi salah satu sarana agar Allah Swt menurunkan Rahmat-Nya kepada seorang hamba. Meskipun, disepakati pula, bahwa Allah Swt berkehendak melakukan apa pun sesuai Kuasa-Nya.
Seorang hamba bisa dimasukkan ke dalam surga lantaran amalannya yang terlihat sederhana di mata manusia, namun besar dalam penilaian Allah Swt. Pun, sebaliknya. Seorang hamba yang terlihat memiliki banyak amal, ilmu, harta, pengikut dan karunia lainnya, bisa pula dimasukkan ke dalam neraka lantaran Allah Swt menilainya sebagai bentuk kesombongan dan kufur nikmat.
Dalam hal ini, keikhlasan dan ilmu menjadi sangat penting. Sebab, setelah mati, untuk kembali ke dunia dan menyesali diri amatlah tidak mungkin. Mustahil!
Dalam salah satu riwayat mulianya, Rasulullah Saw menyampaikan kepada sahabat-sahabatnya. Kata beliau, seseorang bisa masuk surga atau neraka karena seekor lalat. Sebab belum mengerti, para sahabat agung itu pun bertanya, bagaimana maksudnya ya Nabiyullah?
Manusia terbaik sepanjang sejarah umat manusia ini pun mengisahkan dua orang yang melewati sebuah pemukiman penyembah berhala. Bagi semua yang melewati jalan di pemukiman itu, berlaku hukum kewajiban memberikan persembahan kepada berhala-berhala.
Maka tersebutlah orang pertama. Dikatakan padanya, “Berikan persembahan kepada berhala-berhala kami,” ujar pemimpin kaum sesat itu sembari mengancam. Lantaran tak memiliki apa pun, musafir yang lewat itu menjawab lugas, “Aku tak miliki sesuatu pun. Apa yang bisa kupersembahkan?” Kepadanya disampaikan peraturan minimal terkait kriteria persembahan kepada berhala, “Berikan persembahan, meski hanya dengan seekor lalat.”
Duhai malangnya. Ternyata orang pertama ini berhasil menemukan lalat yang telah mati, kemudian menyajikannya kepada berhala-berhala itu. Tak lama kemudian, selepas melakukan kekeliruan terbesar dalam hidupnya, musafir pertama ini mati setelah diberi izin untuk melewati pemukiman penyembah berhala tersebut. Kata Rasulullah Saw sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad ini, karena perbuatannya itu, ia dimasukkan ke dalam neraka. Naudzubillahi min dzalik.
Selanjutnya, lewatlah musafir kedua. Dengan kasus dan permintaan yang sama. Namun, orang ini memiliki keteguhan pendirian. Tatkala dipaksa agar berikan persembahan kepada berhala meski dengan seekor lalat, ia berkata lugas dan tegas, “Aku tidak akan berkorban sedikit pun, kecuali kepada dan atas nama Allah Swt.” Karena kejadian itu, sebagaimana dikutip dalam “Muslim Klakson” tulisan Mbah Dipo, Rasulullah Saw bersabda, “Kemudian ia (penyembah berhala) memenggal leher orang itu dan Allah Swt memasukkan orang itu ke dalam surga.”
Demikianlah makna besar tauhid. Sesembahan kita hanyalah Allah Swt. Mengesakan-Nya adalah tiket utama menuju surga. Pun, sebaliknya: menduakan Allah Swt berarti memesan satu tempat kekal nan abadi di dalam neraka. [Pirman]