Lanjutan dari Lima Tujuan Membaca al-Qur’an Menurut Ustadz Bachtiar Nasir
Bagi pikiran, al-Qur’an adalah benteng dari segala jenis penyakit yang mengotori pemikiran. Mulai dari penyakit sekulerisme, liberalisme, materialisme, dan lain sebagainya. Orang-orang yang senantiasa mengakrabkan diri dengan al-Qur’an, Allah Ta’ala akan bersihkan pikirannya sehingga sepanjang harinya dimanfaatkan untuk memikirkan ayat-ayat Allah Ta’ala di dalam dirinya dan yang terbentang amat luas di alam semesta.
Sedangkan bagi hati, mereka yang akrab dan mesra bersama al-Qur’an dengan membaca, mengetahui arti, pelajari tafsir, dan berupaya mempraktikkannya dalam keseharian, Allah Ta’ala akan membersihkan hatinya dari penyakit riya’, ujub, sum’ah, sombong, syirik, dan penyakit membahayakan hati lainnya.
Komunikasi dengan Allah Ta’ala
Jika hendak berkomunikasi dengan Allah Ta’ala, maka kerjakanlah shalat dan bacalah al-Qur’an. Al-Qur’an adalah jawaban atas semua masalah. Al-Qur’an adalah solusi bagi setiap persoalan yang dihadapi umat manusia. Al-Qur’an adalah penyelesai atas semua konflik yang terjadi di muka bumi ini.
Maka tepatlah nasihat seorang ulama besar kepada anaknya, “Saat membaca al-Qur’an, resapi dan maknailah bahwa ia diturunkan kepadamu, dan rasakanlah bahwa Allah Ta’ala tengah bercakap-cakap denganmu.”
Ya. Al-Qur’an adalah Kalam Allah Ta’ala. Jika dihayati, setiap kali membaca, kita akan merasakan sebuah kesejukan dan kebeningan pikiran.
Ilmu yang Mendekatkan kepada Allah
Ustadz Bachtiar Nasir menyebutkan, “Ilmu itu asalnya dua hal; Qaalallah (perkataan Allah) dan Qaala Rasulullah (perkataan Rasulullah).” Ilmu bukan sekadar pencapaian gelar atau banyaknya pengetahuan semata. Lebih jauh, ilmu yang bermanfaat ialah keadaan yang mengantarkan seseorang agar semakin takut kepada Allah Ta’ala seraya semakin mendekat pada-Nya dalam banyak ibadah dan amal saleh.
Dengan menekuni semua firman Allah Ta’ala di dalam al-Qur’an, maka seorang Muslim akan mendapatkan banyak ilmu dalam berbagai bidang kehidupan di dunia dan kelak menjadi bekal dalam kehidupan abadi di akhirat. Dengan ilmu, seorang Muslim akan selamat di dunia dan bahagia di akhirat dengan mewarisi surga-Nya yang penuh kenikmatan.
Bekal dalam Beramal
Ilmu hanya akan terlihat manfaatnya setelah menjelma menjadi amal saleh. Sebelum itu, ilmu hanyalah teori, bahkan bisa membahayakan pemiliknya sebab mengatakan sesuatu yang tidak diamalkannya.
Sebaliknya, jika seseorang beramal tanpa didasari ilmu-ialah apa yang dikatakan oleh Allah Ta’ala dan sabda Rasulullah-, maka amalan tersebut tertolak. Sebagaimana syarat diterima amal ialah ikhlas dan melakukannya sesuai sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaih wa Sallam.
Maka ilmu adalah syarat agar seseorang beramal saleh dengan benar, sedangkan amal saleh yang diterima hanya bisa dilakukan oleh mereka yang berilmu. Karenanya, kedua hal ini bagai mata uang dengan dua sisi yang saling mendukung dan mustahil dihilangkan satu atau yang lainnya. [Pirman/Kisahikmah]
*Interpretasi bebas dari salah satu ceramah Ustadz Bachtiar Nasir Lc.