Lelaki Misterius di Mushala Pasar Rebo

0
ilustrasi @catatanwildanmusthofa

Tunai mengantarkan anaknya naik ke bus tujuan sebuah kota di Jawa Barat, lelaki kurus yang menenteng buku ini bergegas ke kamar mandi umum di bilangan Pasar Rebo, Jakarta. Lepas buang hajat, ia pun berpindah ke tempat wudhu yang berdekatan dalam satu lokasi sederhana itu. Tak lama, lelaki dengan setelan celana hitam ini pun menunaikan rakaat-rakaat Dhuha di luar mushala.

Saat dirinya duduk tenang menghadap kiblat sambil merapal kalimat-kalimat suci dari langit, mendekatlah sesosok laki-laki yang tidak dikenalnya. Baju dan celana hitam, rambut memutih sebagian, kepala dan wajah bulat, dan berbadan agak kekar.

“Anda tahu tujuh golongan yang kelak mendapatkan naungan Allah Ta’ala di Hari Kiamat?” tanya lelaki berkaos hitam itu.

Ketika yang ditanya hanya mengangguk, lelaki ini pun memanjatkan doa, “Anda termasuk di dalamnya.”

Pasalnya, menurut lelaki penanya, sosok yang ditanya masih muda, belum genap tiga puluh tahun, dan satu-satunya orang yang melakukan shalat Dhuha di mushala itu. Padahal, di sekitar mushala ada ribuan orang yang berlalu-lalang dari berbagai daerah.

Mendengar doa lelaki penanya, yang ditanya hanya menunduk haru sembari mengaminkan doa saudara muslim yang baru ditemuinya itu.

“Anda tahu tujuh sunnah harian Rasulullah?” lanjut si lelaki penanya.

“Insya Allah.” jawabnya singkat.

“Kerjakan itu selalu. Anda akan diselamatkan di dunia dan dibahagiakan kelak di akhirat.” nasihat lelaki penanya yang diiringi ‘Insya Allah’ oleh sosok yang ditanya.

Perbincangan antar dua lelaki ini pun berlangsung agak lama. Sekitar tiga puluh menit dengan tema pembicaraan yang dekat dengan akhirat. Tentang cara membetengi diri dari setan, godaan dunia, harta, jabatan, dan wanita, anjuran untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, bershalawat dan menjaga sunnah Nabi, dan banyak lagi yang lainnya.

Setelah usai menyampaikan pesan-pesan kebaikannya, lelaki penanya ini berpamit sembari menjabat tangan dan mengucap salam. “Sampaikan kepada orang lain apa yang baru saja kita bicarakan.” Katanya melanjutkan, “Demikian itulah dakwah. Berkelanjutan. Dari Nabi kepada sahabat-sahabatnya, terus sampai kepada umatnya.”

Semoga kita bisa meneladani kebiasaan para sahabat Nabi yang suka meminta nasihat kepada sahabat-sahabatnya, lalu menyampaikan nasihat yang diperoleh kepada siapa pun yang ditemuinya. Inilah budaya Islam yang kian jarang ditemui saat ini. Pun di kalangan masyarakat muslim sendiri. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaKeluarga yang Paling Besar Jasanya dalam Hijrah
Artikel berikutnyaDialog Nabi Nuh ‘Alaihis Salam dengan Iblis Laknatullah