Tak ada yang remeh dalam penilaian Islam. Semua amal kebaikan, sekecil apa pun, jika dilakukan dengan ikhlas akan menyelamatkan pelakunya dari siksa neraka dan menjadi sebab baginya untuk masuk ke dalam surga. Pun dengan keburukan; sekecil atau sesederhana apa pun, jika dilakukan lantaran kesombongan seraya menantang Allah Ta’ala, maka hal itu bisa menjadi sebab dijerumuskannya seseorang ke dalam siksa neraka yang menyala panasnya.
Karenanya, orang-orang beriman akan senantiasa beramal shaleh sesuai dengan sunnah Nabi-Nya yang mulia dalam setiap kondisi. Baik sebagai seorang hamba Allah Ta’ala, bekerja untuk mencukupi kebutuhan anggota keluarganya, atau sebagai apa pun yang menjadi profesinya di muka bumi.
Sebab memang, bagi mereka yang melakukan amalan ini dengan sungguh-sungguh hingga merasakan lelah di malam harinya, Allah Ta’ala berjanji akan mengampuni dosanya, mencintai ketika melihatnya, dan menghitung amalnya itu sebagai jihad di jalan Allah Ta’ala.
“Siapa yang pada malam hari merasakan kelelahan karena kedua tangannya bekerja di siang hari”, ujar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal, “maka pada malam harinya ia dalam ampunan Allah.”
Allah Ta’ala juga senang saat menyaksikan hamba-hamba-Nya yang berlelah-lelah dalam mengupayakan rezeki yang halal bagi diri dan keluarganya. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam riwayat Imam ad-Dailami.
Maka bekerjalah dengan penuh semangat. Bangunlah di pagi hari dengan niat menjemput karunia Allah Ta’ala di muka bumi. Bergegaslah, melebihi semangat seekor ayam yang sudah beranjak mengais jatah makanannya sejak Subuh menyapa.
Dalam tiap peluh yang menetes, dalam tiap rasa lelah yang bergelayut, dalam pegal yang dirasa oleh badan, tulang, dan persendian; Allah Ta’ala berikan padanya pahala jihad, selayak berjuang di jalan Allah Ta’ala dan membela sunnah Nabi-Nya.
Teruslah begitu, hingga kekuatanmu melemah dan ajal menjemputmu atas titah Rabb semesta alam. Karena, dua kondisi yang diinginkan oleh Sayyidina ‘Umar bin Khaththab di akhir hayatnya adalah berjihad di jalan Allah ta’ala, atau dalam keadaan menjemput rezeki yang dijatahkan dari-Nya.
Jangan lupa untuk selalu meluruskan niat dan menjauhi perasaan sombong, seberapa pun besarnya penghasilan yang bisa diupayakan. Sebab semua itu hanya bisa dicapai atas pertolongan dari-Nya, bukan lantaran upayamu yang amat sederhana dan lemah. [Pirman]