Kisah Taubat Pemuda Tukang Judi dan Perokok Hingga Menjadi Ulama Besar

0
sumber gambar: artikel.masjidku.id

Di usia remajanya, pemuda ini biasa dipanggil dengan sebutan Bakri oleh keluarga dan orang-orang sekitarnya. Sebagaimana umumnya remaja pedesaan, Bakri terpengaruh oleh rekan-rekan sepermainannya yang memiliki kebiasaan begadang sembari nongkrong di jalan ditemani segelas kopi dan sebatang rokok.

Lantaran khawatir, pihak keluarga menasihati si Bakri. Apalagi, selain merokok, remaja sekitar juga sering berjudi. Lambat laun, kekhawatiran keluarga terbukti. Bakri resmi menjadi seorang perokok berat sekaligus tukang judi.

Ayah dan ibunya sering memberikan nasihat, tapi tidak mempan. Hingga, sang ayah mengajaknya mengunjungi sebuah makam syekh. Ziarah kubur. Di makam tersebut, selain mengingat mati, sang ayah berdoa kepada Allah Ta’ala agar anaknya diberi hidayah.

Jika memang tidak kunjung bertaubat, sang ayah lebih memilih agar anaknya itu diwafatkan. Sebab sia-sia belaka kehidupannya jika hanya membawa keburukan bagi diri, keluarga, masyarakat, dan umat Islam.

Agak lama setelah itu, Bakri bermimpi. Didatangi sesosok kakek yang membawa batu besar dan siap dilemparkan. “Hai cucuku,” tutur si kakek, “jika engkau tidak menghentikan kebiasaan burukmu, aku akan melemparkan batu besar ini ke kepalamu.”

Dasar nakal, Bakri menjawab perintah si kakek, “Memangnya, apa hubungan kakek denganku? Hendak berhenti atau melanjutkan kebiasaan buruk, itu kan urusan pribadiku!”

Seketika itu juga, si kakek melempar batu besar ke kepala Bakri hingga pecah berkeping-keping. “Ya Allah,” ujar Bakri yang terbangun sembari terus beristighfar, “apa yang sebenarnya terjadi? Ya Allah, ampunilah dosaku.”

Sejak saat itu, Bakri pun menghentikan kebiasaan buruknya. Ia juga mulai belajar menimba ilmu ke berbagai pesantren ternama di negeri ini. Di antara gurunya adalah Kiyai Saleh Darat Semarang, Kiyai Hasyim Asyhari Jombang, Kiyai Muhammad Khalil Bangkalan, dan lain sebagainya.

Si Bakri yang tak lain adalah Syekh Ihsan Muhammad Dahlan al-Jampesi ini merupakan salah satu ulama kebanggaan nusantara yang karyanya mengguncang dunia. Beliau banyak menulis kitab berbahasa Arab dengan tingkat ketebalan ribuan halaman.

Satu karya monumentalnya berjudul Siraj ath-Thalibin di bidang tasawuf. Bukan hanya digandrungi oleh ulama-ulama Timur Tengah, kitab ini juga dilirik dan dirujuk oleh cendekiawan-cendekiawan di Amerika Serikat, Kanada, dan Autralia. Kitab ini juga dijadikan salah satu kajian oleh mahasiswa yang menempuh pendidikan pascasarjana di Universitas al-Azhar Kairo Mesir.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaPenjelasan Imam asy-Syatibi terkait Dzikir yang Terlarang
Artikel berikutnyaTingkatan Syukur yang Paling Tinggi