Kisah Pemuda Melamar Calon Istri Kedua dengan Kata-Kata Bilal

0
pemuda melamar
ilustrasi (pinterest)

Pemuda itu galau. Ia jatuh cinta kepada seorang gadis padahal dirinya sudah menikah. Hari demi hari, dirasakannya cinta makin merasuk ke jiwa. Makan tak enak, tidur tak nyenyak, terbayang-bayang wajahnya.

Di saat seperti itu, ia mendengar kisah tentang Bilal yang melamar dengan cara unik. Seakan tak peduli diterima atau ditolak. Yang penting sudah ikhtiar.

Dikisahkan oleh ustadznya, ketika mencintai seorang shahabiyah, Bilal langsung datang ke rumahnya. Menemui orang tuanya. Melamar dengan dengan penuh keberanian dan percaya diri.

“Pak, saya Bilal sahabat Rasulullah. Maksud kedatangan saya ke sini, saya ingin melamar putri Bapak. Jika diterima, alhamdulillah. Jika tidak, Allahu akbar!”

Mendengar kisah tersebut, pemuda itu terhenyak. “Mungkin ini jawaban atas shalat istikharah yang telah kulakukan. Di saat aku bingung harus bagaimana, kisah Bilal tiba-tiba tersampaikan padaku. Mungkin aku harus melakukan seperti Bilal.”

Selang sehari kemudian, ia pergi ke rumah gadis itu. Dipacunya motor bebek berwarna hitam itu ke ujung utara Jawa Timur. Sesampainya di sana, ia langsung mengetuk pintu.

“Assalamu’alaikum…”

“Wa’alaikum salam. Silakan masuk, Nak.” Seorang laki-laki paruh baya membukakan pintu. Ia masih mengenali pemuda itu. Teman sekolah anaknya.

Inggih Pak. Saya langsung saja,” kata pemuda itu setelah duduk di ruang tamu. “Maksud saya kemari mau melamar putri Panjenengan. Jika diterima, alhamdulillah. Jika tidak, Allaahu akbar!

Baca juga: Keajaiban Istighfar

Beberapa detik kemudian, ruangan itu hening. Sang Bapak menampakkan wajah kaget mendengar ucapan pemuda di depannya. Mungkin ia berpikir, kok ya ada orang melamar sendirian begini. Tanpa basa-basi. Sudah menikah, lagi.

“Maaf ya Nak, Bapak tidak bisa menerima lamaran sampean,” jawabnya sambil mengatur nada agar tak menyinggung.

“Inggih sampun Pak, menawi ngoten kulo nyuwun pamit.” (Ya sudah Pak, kalau begitu saya mohon pamit)

Beberapa hari kemudian, pemuda itu menceritakan peristiwa tersebut kepada ustadznya. Antara terkejut dan ingin tertawa bercampur dalam diri ustadz saat mendengarnya.

Baca juga: Niat Puasa Arafah

“Ya Salam.. saya menceritakan kisah itu terutama untuk teman-temanmu yang belum menikah. Agar mereka berani melangkah. Berani mengambil resiko dan percaya diri.”

“Nggak apa-apa, Ustadz. Yang penting sekarang saya sudah plong. Meskipun ditolak.” Sang ustadz tersenyum. Alhamdulillah.. [Muchlisin BK ~ Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaBoleh Jadi Kamu Membenci Sesuatu, Padahal Ia Amat Baik Bagimu
Artikel berikutnyaMengapa Allah Bersumpah dengan Kuda Perang di Surat Al Adiyat?