“Mengapa kamu akhir-akhir ini tampak tidak semangat? Tidak seperti sebelumnya..” tanya dosen kepada Hendi yang tampak lesu setelah beberapa hari tidak terlihat di kampus.
“Beberapa hari lalu saya sakit, Pak. Saya nggak tahu pasti penyakit saya. Hanya saja, tanpa sengaja saya mendengar ucapan dokter kepada orang tua saya. ‘Sekarang seneng-senengin saja Hendi, sebab kami tidak tahu apakah ia masih bisa bertahan dalam tiga bulan,’” jawab Hendi dengan mata berkaca-kaca. “Ternyata menurut dokter, saya kena kanker darah..”
“Hendi..” kata sang dosen setelah diam sejenak, “maut itu urusan Allah. Tidak ada yang bisa memastikannya kecuali Allah. Kalaupun benar kata dokter tersebut, maukah kamu kutunjukkan cara agar semangat dan damai meskipun usiamu tinggal tiga bulan?”
“Tentu, Pak. Itu yang saya inginkan.”
“Bangunlah di setiap malam, tunaikan shalat tahajud. Setelah itu berdzikirlah sambil bersujud, ucapkan Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallah huwallahu akbar, laa haula walaa quwwata illaa billah . Ucapkan sebanyak-banyaknya. Lalu duduklah, pejamkan mata. Bersukurlah kepada Allah. Bayangkan nikmat-nikmat Allah yang paling besar menurut kamu, yang membuat kamu mudah bersyukur kepada Allah. Bersyukurlah. Kemudian curhatlah kepada Allah, ‘Ya Allah, kata dokter aku menderita kanker darah. Jika itu takdirmu ya Allah, aku ikhlas dan ridha dengan ketentuanmu. Sungguh Engkau Maha Penyembuh, maka angkatlah penyakit itu dariku.’ Berdoalah seperti itu sambil membayangkan bahwa penyakit itu terangkat dari mulai ujung kaki hingga akhirya keluar melalui ubun-ubunmu.”
“Selain itu, apa impian yang ingin kau raih dalam tiga bulan sisa hidupmu, seandainya benar vonis dokter itu. Tulislah impian tersebut, tulislah prestasi terbaik yang ingi kau gapai. Lalu ingatlah, lihat catatan itu sesering mungkin. Ini akan membuatmu bersemangat selain energi syukur yang kau bangun tiap malam.”
Hendi pun kemudian menjalankan saran dosen yang dekat dengan dirinya tersebut. Satu hari, dua hari, satu pekan, dua pekan, masya Allah… kondisinya mulai membaik. Dan lewatlah masa tiga bulan sejak ia mendengar ucapan dokter kepada orang tuanya. Dan sekitar dua tahun kemudian, Hendi diwisuda di sebagai salah satu wisudawan terbaik IAIN Sunan Ampel Surabaya. Dokter yang dulu memvonisnya pun keheranan karena kanker darahnya bisa sembuh total.
Saudaraku… mungkin engkau saat ini juga mengalami sakit seperti Hendi. Entah lebih parah atau lebih ringan. Satu hal, jangan pernah kehilangan semangat dan harapan. Bangkitlah! Sesungguhnya hanya Allah yang mahakuasa menentukan kapan ajal akan tiba. Sangat mudah bagiNya untuk menyembuhkan segala macam penyakit yang diderita oleh hambaNya. Maka mintalah kepadaNya. Mohonlah kepadaNya. Berdoalah kepadaNya. Bermunajatlah kepadaNya. Ud’uuni ‘astajib lakum. Allah telah menjanjikan, “berdoalah kepadaKu niscaya aku kabulkan.” Dan saat paling mustajab terkabulnya doa adalah di sepertiga malam terakhir. Maka lakukanlah seperti yang Hendi lakukan. Shalat tahajud, lalu berdoalah. Lakukan setiap malam, shalat tahajud, lalu berdoalah. Jangan pernah kehilangan harapan. Jangan pernah kehilangan semangat. [Muchlisin BK/kisahikmah.com]
*kisah nyata seperti diceritakan Faqih Syarif dalam motivasi spiritual