Istri yang Sebabkan Suaminya Durhaka

0
ilustrasi @www.matajiwa.com

Laki-laki ini merupakan satu-satunya pria dari empat bersaudara. Ayahnya meninggal dunia. Sang ibu mengandalkan uang pensiunan suaminya untuk membiayai kehidupan keempat anaknya. Tentu serbakekurangan. Tapi sang ibu dengan kepiawaian manajemennya berhasil membiayai anak-anaknya agar tidak menjalani kehidupan yang berbeda dengan anak-anak seusianya.

Berjalannya waktu mengantarkan tiga anak perempuan sang ibu sampai mendapatkan suaminya masing-masing. Ketika dia tinggal berdua dengan anak laki-laki satu-satunya, naluri sang bunda segera mendesak anaknya itu untuk menikah.

“Segeralah. Agar engkau bahagia. Aku ingin menimang cucu dari pernikahanmu.” desak sang ibu.

Sang anak pun mantap untuk menikah. Sang ibu mencarikan calon, si anak laki-laki baik hati ini hanya menurut. Satu syarat yang dia ajukan kepada ibunya, “Siapa saja. Asal shalihah. Asal mau tinggal bersama ibu di rumah ini.”

Tanpa diduga sebelumnya, dalam hitungan pekan sebelum pernikahan sang anak laki-laki, satu anak perempuan sang ibu kembali ke rumah dengan tiga anaknya. Dicerai. Suaminya berlaku zalim. Alhasil, rumah itu semakin penuh. Sang anak laki-laki sempat meminta agar ibunya menunda rencana pernikahan, tapi ibunya menolak.

Laki-laki ini pun menikah.

Setahun pertama hampir tak ada konflik. Beberapa saat setelahnya, barulah dia mendapati untuk pertama kalinya, sang istri ribut dengan saudara perempuannya. Konflik berhasil diselesaikan. Sang laki-laki mash menjalani kebiasaannya bekerja untuk mencukupi kebutuhan ibu dan istrinya.

Rupanya, sang istri juga bermasalah dengan sang mertua, ibu si laki-laki. Persoalan pertama bisa diselesaikan dengan baik, tapi bertambah hari kondisinya kian rumit. Jadilah si laki-laki berada di tengah konflik antara istri, saudara perempuan, dan ibunya. Benar-benar membingungkan.

Sebagai solusi, laki-laki ini memutuskan untuk berpindah rumah. Menyewa. Sang ibu dirundung duka mendengar kabar tersebut hingga menangis dua hari dua malam tanpa henti.

Sang laki-laki menjelaskan, dia akan tetap berkunjung dan sesering mungkin bertemu dengan ibunya. Hati sang ibu luluh, laki-laki ini pindah bersama istri dan anak-anaknya.

Dalam bilangan bulan, laki-laki ini masih bisa menepati janjinya. Berkunjung ke rumah ibunya sepekan satu kali dengan membawa uang belanja. Seiring berjalannya waktu, jumlah kunjungan makin lama dan jatah yang kian sedikit karena banyak kebutuhan yang harus dia berikan kepada istri.

Sang istri kerap mengajukan anggaran untuk keperluan rumah hingga si laki-laki harus mencicilnya saban bulan. Dalam bilangan bulan berikutnya, si laki-laki bahkan tak mengunjungi ibunya dalam waktu dua bulan. Berkali lipat dari lamanya kunjungan semula.

Lantaran butuh uang, sang ibu berkunjung ke rumah anak laki-lakinya itu. Betapa terbelalak pandangan sang ibu saat menyaksikan perabotan rumah sang anak yang berasal dari barang-barang mewah, sementara ibu, saudara perempuan, dan keponakannya berada dalam kekurangan.

Sepulang dari kunjungan tersebut, sang ibu jatuh sakit. Ketika saudara perempuan menelepon agar dia berkunjung, sang istri mencegah dan mengatakan bahwa ibunya hanya berpura-pura.

Akhir kisah, laki-laki ini tak kuasa menahan pedih yang menyayat nuraninya. Ibunya sudah berkalang tanah. Meski tergolong berbakti di awal-awal kisah, ia harus mendapati kepahitan cerita lantaran bisikan sang istri. Sesalnya tak bisa dibendung ketika mendengar penuturan saudari perempuannya dalam sambungan telepon, “Ibu sudah meninggal. Datanglah segera. Keinginannya yang terakhir adalah melihat wajahmu.”

Kawan, telitilah calon istri sebelum memutuskan untuk menikahinya.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaKeajaiban Sedekah untuk Penyembuhan
Artikel berikutnyaStres Berat? Inilah Saran KH M Arifin Ilham untuk Anda