Kisah Abrahah dan Pasukan Bergajah, Binasa Sebelum Sentuh Ka’bah

0
kisah abrahah
ilustrasi (pinterest)

Kisah Abrahah dan pasukan bergajah ini dirangkum dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al Misbah dan Tafsir Al Azhar.

Kisah Abrahah Menduduki Yaman

Yaman awalnya dihuni oleh orang-orang Himyar yang musyrik. Raja terakhir mereka, Dzu Nuwas adalah penguasa ashabul ukhdud. Dialah yang membunuh sekitar 20.000 orang dengan dimasukkan ke dalam parit berapi. Tak ada yang selamat kecuali Daus, yang dijuluki Dzu Sa’labain.

Daus melarikan diri dan meminta pertolongan pada Kaisar Romawi di Syam yang juga seagama dengannya. Lalu Kaisar mengirim surat ke Habasyah untuk menyerang Yaman.

Raja Habasyah mengirim dua panglimanya, Aryat dan Abrahah. Mereka menyerang Yaman dan meraja lela di sana. Berakhirlah kekuasaan orang-orang Hamyar digantikan orang-orang Habasyah.

Aryat dan Abrahah berselisih siapa yang akan memimpin di Yaman. Hampir saja bentrokan dua pasukan besar terjadi tapi disepakati pemimpin dipilih melalui duel sampai mati. Aryat dan Abrahah pun perang tanding. Semula Aryat unggul. Ia menebaskan pedangnya mengenai hidung dan mulut Abrahah. Namun Atudah bekas budak Abrahah membela majikannya dengan menyerang Aryat dan membunuhnya. Lalu Abrahah menjadi pemimpin Yaman.

Mendengar kabar itu, Raja Habasyah murka. Ia mengirimkan surat berisi sumpah akan menginjak-injak negeri Yaman dan membelah ubun-ubun Abrahah.

Mendapat surat itu, Abrahah ketakutan lalu membalas surat itu disertai hadiah-hadiah dan kantong berisi tanah Yaman serta rambutnya.

“Hendaklah Anda menginjak-injak tanah ini untuk menunaikan sumpah Anda. Saya serahkan pula rambut ubun-ubunku padamu,” kata Abrahah dalam surat itu seraya menjanjikan kalau dia diampuni, ia akan membangun gereja di Yaman atas nama Raja Habasyah, yang belum pernah ada gereja sebesar itu.

Raja Habasyah terpikat dengan cara Abrahah meminta maaf. Ia pun memaafkan panglimanya itu dan merestuinya sebagai wakilnya di Yaman.

Abrahah menunaikan janjinya. Ia membangun gereja besar dan tinggi menjulang. Al Qulais namanya. Sebab demikian tingginya hingga orang yang mendongakkan kepala untuk melihat puncaknya dari hampir terjatuh qulansuwah (peci)-nya.

Abrahah kemudian memerintahkan kepada bawahannya agar memalingkan orang-orang yang semula pergi ke Makkah. Ia ingin mereka tidak lagi mengunjungi Ka’bah tapi beralih mengunjungi gereja Al Qulais.

Baca juga: Kisah Shalahuddin Al Ayyubi

Abrahah Bergerak Menghancurkan Ka’bah

Rencana itu terdengar orang-orang Arab. Salah seorang suku Kinanah yang tersinggung kemudian menyelinap masuk ke gereja itu dan meletakkan kotoran air besar di sana.  

Yaman gempar. Infrastruktur yang menelan biaya besar dilecehkan dan dipecundangi. Mendapat informasi bahwa pelakunya adalah simpatisan Ka’bah, Abrahah menginstruksikan pasukannya untuk bersiap. “Kita hancurkan ka’bah! Kita ratakan dengan tanah!”

Abrahah membawa pasukan dalam jumlah besar untuk menghancurkan ka’bah. Juga disertai sejumlah pasukan khusus yang mengendarai gajah. Abrahah naik gajah paling besar sekaligus memimpin gajah-gajah lainnya.

Beberapa pihak berusaha menghentikan Abrahah. Dzu Nafar yang masih berada di wilayah Yaman memobilisasi kaumnya dan orang-orang Arab untuk menghadang Abrahah. Namun perlawanan mereka seperti tak berarti.

Di Kha’sam, Nufail Al Khas’ami dan sukunya juga berusaha menghadang Abrahah. Namun kekuatan mereka sangat tidak berimbang. Dalam waktu singkat pasukan Al Khas’ami tumbang.

Abrahah terus melaju menuju Makkah. Hingga ia beristirahat di Al Magmas, tak jauh dari Makkah. Di sana prajuritnya melakukan perusakan dan penjarahan. Termasuk merampas 200 ekor unta milik Abdul Muthalib.

Di waktu istirahat itu Abrahah mengirim utusan ke Makkah agar pemimpinnya menghadap Abrahah. Abdul Muthalib pun berangkat menemui Abrahah. Sebelumnya ia telah bermusyawarah dan menghasilkan keputusan bahwa penduduk Makkah akan menghindar karena kekuatannya tidak seimbang.

Abrahah menyambut hormat Abdul Muthalib, pemimpin Makkah yang tampan dan berwibawa.

“Aku datang untuk menghancurkan Ka’bah dan meratakannya dengan tanah. Jika ingin selamat, jangan halangi pasukanku,” kata Abrahah setengah mengancam.

“Aku dan kaumku tidak akan melawan. Aku ke sini hanya ingin agar kau mengembalikan 200 ekor unta milikku.”

Abrahah heran mendengar ucapan Abdul Muthalib. “Aku ingin menghancurkan ka’bah, dan kau hanya ingin aku mengembalikan untamu?”

“Ya, karena unta itu milikku, aku harus menjaganya. Sedangkan Ka’bah milik Allah. Dialah yang akan melindunginya.”

Abrahah pun mengembalikan unta milik Abdul Muthalib. Ia merasa tujuannya tak terelak lagi karena tidak ada yang akan menghalangi.

Allah Membinasakan Abrahah dan Pasukan Bergajah

Keesokan harinya, saat kesombongan semakin memuncak karena tak ada yang berani menghadangnya, tiba-tiba datang dari langit kawanan burung seperti walet. Mereka membawa batu panas. Masing-masing membawa tiga butir. Satu di paruh dan dua di kaki.

Burung-burung yang berbondong-bondong itu lantas menjatuhkan batu yang dibawanya. Siapa yang terkena pasti binasa. Setidaknya terluka. Mereka yang masih selamat lari tunggang langgang. Termasuk Abrahah. Ia tak langsung mati. Ia terluka lalu lukanya makin parah hingga akhirnya tewas dalam kondisi hina.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan kisah Abrahah dalam Surat Al Fil:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ . أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ . وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ . تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ . فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (QS. Al Fil: 1-5)

Sungguh, segala kekuasaan tunduk pada kekuasaan-Nya. Maka siapa yang dilindungi-Nya, tidak ada yang mampu mencelakainya. Sebaliknya, siapa yang dihancurkan Allah, tidak ada yang mampu melindunginya.

Sangat mudah bagi Allah untuk menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sangat mudah bagi Allah menghancurkan siapa yang ingin dihancurkan-Nya. Juga sangat mudah bagi Allah menghadirkan cara dan jalan kehancuran musuh-musuh-Nya. [Muchlisin BK/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaKisah Shalahuddin Al Ayyubi Menundukkan Kerasnya Hati Richard The Lion Heart
Artikel berikutnyaKisah Hasan Al Basri, Cara Islami Oposisi atas Penguasa Zalim