Tak ada yang lebih membahagiakan kecuali bersibuk diri dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya yang mulia. Sepanjang masa yang dilalui adalah manifestasi dari iman yang sebelumnya diyakini di hati dan diucapkan dengan lisan. Terus begitu, hingga waktu kerja kita di dunia ini habis, kemudian mati untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan diri semasa di dunia.
Sedangkan jalan yang pasti berujung nista-sengsara-laknat-keburukan adalah bergelimang dalam maksiat. Mereka inilah yang menolak iman kepada Allah Ta’ala, lalu menentang Rasulullah dengan keterbatasan akal, hanya karena emosi dan kesombongan yang diikuti. Mereka inilah sosok yang sengsara-menderita di dunia, dan kelak merana dalam siksa di neraka yang abadi, jika meninggal sebelum bertaubat kepada Allah Ta’ala.
Sebuah kisah amat pilu kembali kami dapati. Di sebuah kota di Jawa Barat. Saudara kami menuturkan salah satu tetangganya yang mulanya misterius. Seorang laki-laki. Baru mekar. Sayangnya, ia terjerumus dalam maksiat. Mengikuti perbuatan kaum Nabi Luth ‘Alaihis salam. Malang, kemaluannya patah.
Laki-laki ini pergi merantau ke Ibu Kota. Niatnya mengubah nasib. Tetangga kampungnya juga banyak yang mencari kerja di Jakarta dan sekitarnya. Dengan semangat membara, ia pun bergegas dengan semangat yang amat membara diiringi harapan yang amat memuncak akan perubahan nasib menjadi lebih baik.
Mulanya, ia terlihat biasa saja. Tidak ada perbedaan mencolok dengan teman-teman peratauan lainnya. Lambat laun, entah dari mana mulanya, penampilannya berubah. Wajah sering dilumuri make-up selayak aktor Korea, baju dan celana yang selalu wah, dan sikap yang mulai berubah.
Saat tetangganya bertanya-tanya pekerjaannya di negeri rantau, ia menjawab singkat. Sebagai pegawai di sebuah toko meubel. Pikir para tetangga, “Mungkin bagian marketing. Jadi penampilan memang harus semenarik mungkin.”
Waktu berjalan. Si laki-laki ini masih sering bolak-balik ke kampung halaman dengan penampilan necisnya. Hingga, ia dipulangkan untuk selamanya. Sakit parah. Para tetangga bertanya, apa sakitnya? Pasalnya, ia terlihat gagah dan tidak ada tanda-tanda tengah menyimpan sakit di dalam tubuhnya.
Usut punya usut, dari keluarga dan tetangga terdekatnya, laki-laki ini mengalami musibah karena kebiasaan buruknya. Ia menyukai sesama laki-laki (homo) dan kerap melakukan hubungan badan melalui belakang (anus). Alhasil, alat kemaluannya patah. Na’udzubillahi min dzalik. Na’udzubillahi minasy-syaithonir-rojiim. [Pirman/Kisahikmah]