Mari melanjutkan perbincangan kita tentang bangsa jin. Sebagaimana ditulis dalam artikel sebelumnya, bangsa jin yang tak terlihat mata ini memiliki pola hidup yang hampir serupa dengan bangsa manusia. Mereka melakukan aktivitas seks, makan, minum, tidur, bahkan buang air kecil, dan lain sebagainya.
Riwayat-riwayat tentang bangsa jin yang termasuk di dalamnya setan, tidak boleh dirujuk dari sembarangan sumber. Kita harus benar-benar mengetahui detailnya, sebab kebenarannya sukar dibuktikan dengan indra yang dimilki oleh bangsa manusia.
Beruntungnya, kita memilih Islam sebagai agama yang sangat menaruh hormat pada proses rekomendasi yang sering kita sebut sanad. Yaitu ketersambungan ajaran dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, para sahabat, tabi’in, pengikut tabi’in, dan orang-orang shalih selepasnya hingga generasi kita dan akhir zaman kelak.
Di tahap ini, kita harus mengatakan “Kami mendengar dan kami taat” terkait sebuah riwayat yang tervalidasi dengan amat baik. Ini bukan soal mengikuti secara buta, tetapi menjadi salah satu pokok iman yang tak bisa dipisahkan dari kesatuan besar diri ini sebagai seorang hamba Allah Ta’ala.
Pasalnya, jika kita masih terbatas pada segala sesuatu yang bisa diindra saja, justru tingkat keimanan kita rendah, bahkan bisa menjadi minus. Alhasil, percaya kepada yang ghaib menjadi satu dari sekian cabang iman kita kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Kembali ke perbincangan tentang bangsa jin yang termasuk di dalamnya setan, ada sebuah riwayat yang disampaikan oleh Imam al-A’masy. Di dalam riwayat yang dikutip oleh Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi ini, setan ditanya tentang kelompok Syi’ah Rafidhah.
Imam al-A’masy bertutur, ada seorang manusia yang menikah dengan bangsa jin. Kepada mereka, beliau bertanya, “Makanan apa yang kalian sukai?” Jawabnya, “Nasi.”
Guna membuktikan, imam al-A’masy pun mendatangi rumah mereka. Ujarnya mengisahkan, “Sesampainya di rumahnya, aku melihat nasi yang terangkat (seperti hendak dimakan) tanpa seorang pun yang kulihat.”
“Apakah,” tanya sang imam kedua kali, “di bangsa kalian ada golongan-golongan sebagaimana terjadi di bangsa kami?”
“Ya,” aku sosok dari bangsa jin yang telah menikah dengan bangsa manusia ini.
“Jika demikian,” tanya sang imam untuk terakhir kalinya, “Siapakah Syi’ah Rafidhah di bangsa kalian?”
Ia pun menjawab tanpa ragu, “(Syi’ah) adalah kelompok terjahat kami.”
Di dalam buku Agar Tidak Terpedaya Setan, Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi mengutip pernyataan Syeikh Kamaluddin al-Mazi al-Hafidz yang mengomentari riwayat ini dengan mengatakan, “Ini merupakan riwayat shahih dari al-A’masy.”
Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari bisikan dan godaan setan serta segala jenis kelompok sesat yang hendak menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Aamiin. [Pirman/Kisahikmah]