Lanjutan dari 4 Jalan Menuju Allah
Siapa yang menempuh jalan (thariqah) pertama menuju Allah Ta’ala dengan berdzikir kepada-Nya, lalu dzikir itu membuahkan amal shalih, maka pelakunya berhak dilimpahi cahaya dari-Nya. Ia berhak mendapatkan predikat hamba yang shalih.
Sedangkan jalan (thariqah) kedua yang dijelaskan oleh Imam Abu Hasan As-Sadzily untuk menuju Allah Ta’ala ialah tafakkur dengan penuh kesabaran hingga pelakunya mendapatkan sebenar-benarnya pengetahuan tentang Allah Ta’ala.
Faqir
Jalan (thariqah) ketiga yang diajarkan oleh Syeikh Abu Hasan ialah merasa lemah di hadapan Allah Ta’ala. Bukan dengan hamparan kesabaran, merasa lemah hendaknya dilalui dengan sebaik-baiknya rasa syukur sehingga pelakunya akan senantiasa mendapatkan limpahan kenikmatan dari Allah Ta’ala.
Hal ini sebagaimana diberitahukan oleh Allah Ta’ala di dalam Al-Qur’an yang mulia, “Siapa yang bersyukur kepada Allah, pastilah Dia akan menambahkan nikmat kepadanya. Dan siapa yang kufur kepada nikmat Allah, sesungguhnya Adzab Allah sangatlah pedih.”
Syukur sendiri memiliki tiga dimensi. Ialah dengan hati melalui iman, lisan dengan dzikir dan berbagai kalimat kebaikan, serta perbuatan yang terwujud dalam banyak amal shalih yang diperintahkan.
Siapa yang berhasil menggabungkan thariqah faqir dengan dzikir dan tafakkur, maka ia berhak mendapatkan maqam wali Allah Ta’ala di muka bumi.
Dan tatkala seorang hamba merasa lemah itu pula, Allah Ta’ala akan melimpahkan kekuatan kepadanya. Dialah sebaik-baik pemberi kekuatan. Dialah Yang Mahakuat atas segala sesuatu.
Mahabbah
Thariqah paling mulia yang kudu ditempuh oleh seorang hamba ialah mahabbah, cinta kepada-Nya. Cinta yang sejati. Cinta tiada pamrih. Cinta tanpa berharap balas.
Kecintaan kepada Allah Ta’ala hanya mampu ditempuh jika seorang hamba berhasil membenci dunia. Sebab mustahil kecintaan terhadap dunia bersatu padu dengan kecintaan kepada Allah Ta’ala.
Hamba dunia mustahil menggapai cinta dari Allah Ta’ala. Pendamba cinta Allah Ta’ala mustahil menyembah kepada dunia dan semua pernak-perniknya yang amat sementara.
Ketika seorang hamba berhasil menjadikan kecintaan kepada Allah Ta’ala sebagai jalan yang dilalui dengan membenci dunia, ia berhak mendapatkan karunia ketersambungan dengan-Nya.
Tatkala keempat thariqah ini berhasil dilalui dan digabungkan oleh seorang hamba, ia berhak mendapatkan derajat shiddiqun muhaqqiqun (sebenar-benarnya wali Allah Ta’ala). [Om Pir/Tarbawia]