Dalam masa pemerintahan ‘Umar bin Khathtab, para mujahidin di Palestina mulai menanam gandum setelah menaklukan dataran Haula. Bukannya mendukung penanaman gandum oleh para mujahid, Amirul Mu’minin pengganti Abu Bakar ash-Shiddiq ini justru mengutus seorang utusan untuk membakar ladang gandum tersebut.
Atas alasan apakah ‘Umar melakukan hal itu? Pasalnya, sang utusan juga membawa sepucuk surat yang terdiri dari tiga kalimat.
Setelah sampai di Palestina, tutur Dr. Abdullah Azzam, “Utusan itu membakar tanaman gandum itu.” Sang utusan juga membawa surat yang terdiri dari dua baris tulisan yang terdiri dari tiga kalimat. “Surat ‘Umar,” terang sosok pemimpin jihad Afghanistan ini, “biasanya hanya terdiri dari dua baris, tiga baris, atau empat baris. Paling panjang, tak lebih dari satu lembar.”
Kemudian, ulama yang menulis Tarbiyah Jihadiyah ini mengambil contoh surat ‘Umar yang ditujukan kepada Gubernur Mesir ‘Amr bin ‘Ash. Ketika itu, Madinah dilanda paceklik. Kekeringan. Kepada gubernurnya itu, ‘Umar mengirimkan surat yang berbunyi, “Kelaparan telah melilit kami. Untuk itu, bantulah kami dengan segera.”
Tak lama setelah itu, ‘Amr bin ‘Ash pun mengirimkan kafilah yang membawa bahan makanan. Katanya membalas, “Saya akan mengirim kepada Anda kafilah bahan makanan yang ujung pertamanya ada di depan Anda dan ujung terakhirnya ada di depan saya.” Betapa panjangnya kafilah berisi bahan makanan itu, ia terbentang sejauh Madinah di Arab Saudi hingga Kairo di Mesir.
Kemudian utusan yang diperintahkan membakar ladang gandum ini menyampaikan surat dari ‘Umar. Sebuah surat amat sederhana yang sarat maknanya. Sebuah surat yang melambangkan ketegasan dan kesalehan sang penulis surat tersebut.
“Dengarkan surat dari ‘Umar,” seru sang utusan. Kemudian, ia pun membacakannya:
“Jika kalian meninggalkan jihad dan sibuk dengan bercocok tanam, maka saya akan menetapkan jizyah (pungutan) kepada kalian. Dan, saya akan memperlakukan kalian sebagaimana saya memperlakukan Ahli Kitab. Sesungguhnya makanan kalian ialah apa yang kalian keluarkan dari mulut musuh-musuh kalian.”
Apa yang dilakukan oleh ‘Umar adalah sebentuk kecerdasan yang jarang dimiliki oleh orang lainnya. Karenanya, Anis Matta dalam salah satu tulisannya mengatakan, ‘Umar merupakan salah satu khalifah yang memiliki karakter ekspansif. Sehingga, kekuasaan Islam berhasil mencapai puncak perluasan wilayah di bawah kepemimpinannya.
Selain itu, jika kaum Muslimin hanya sibuk dengan dunia, perdagangan, dan bisnis kemudian melupakan jihad, Allah Ta’ala menyebutnya dengan “Menjatuhkan tanganmu kepada kebinasaan”. Dan, maqam terendah dari itu semua adalah berniat untuk berjihad. Kelak, jika niatnya benar, maka Allah Ta’ala akan ganjari gelar syuhada’ meski meninggal dunia di atas tempat tidur. [Pirman]