Fitnah Keji kepada Sayyid Quthb dan Komentar Dr. Abdullah Azzam

0

Sosoknya kecil, tapi cita-citanya amat besar. Badannya pendek, tapi asanya membumbung tinggi menembus batas dunia menuju akhirat yang abadi. Meski pendek dan kecil badannya, sosok ini berhasil membangkitkan jutaan mujahid melalui ceramah dan tulisan-tulisannya.

Bahkan, karya terbaiknya, sebuah tafsir yang amat monumental bernama Fi Zhilal al-Qur’an yang telah dicetak dalam berbagai bahasa ini menjadi satu di antara sekian banyaknya bukti kontribusinya dalam membangkitkan semangat jihad kaum Muslimin.

Padahal, beliau menulisnya di dalam penjara; dindingnya adalah pedang dan peluru yang siap merenggut paksa nyawanya yang hanya satu itu. Dan kini, beliau telah tiada. Tapi, semangat dan pemikirannya untuk kejayaan Islam bisa senantiasa dinikmati melalui tulisan-tulisannya yang menggugah jiwa para pembacanya.

Beliau dihukum mati oleh penguasa zalim pada tahun 1966. Saat itu, tak ada seorang pun yang kuasa membuka mulut untuk membela kebenaran. Yang ada justru fitnah dan aneka tuduhan keji, semuanya ditembakkan kepadanya. Salah satunya berasal dari Ahmad Sa’id, orang yang menjabat Direktur Radio Suara Arab.

Katanya tepat di hari eksekusi hukuman mati itu, “Kami telah mengukum mati Sayyid Quthb karena dia berencana menghancurkan Qanathir Khairiyah, dan berupaya membunuh Ummu Kultsum dan Abdul Halim Hafizh.”

Qanathir Khairiyah adalah sebuah nama bendungan di Mesir. Sedangkan dua nama yang disebut-sebut akan dibunuh oleh Sayyid Quthb adalah artis masyhur asal Negeri Kinanah itu. Padahal, semua tuduhan itu tak berdasarkan bukti yang nyata. Fitnah keji belaka.

Selanjutnya, Ahmad Sa’id mengatakan vonis yang tak kalah kejinya, “Dan akhirnya, tempat kembalinya (Sayyid Quthb) adalah neraka jahannam. Sesungguhnya neraka jahannam adalah seburuk-buruk tempat kembali.”

Mengomentari kezaliman ini, Dr. Abdullah Azzam mengatakan dalam Tarbiyah Jihadiyah, “Karena itu, sebelum darah Sayyid Quthb kering, tepat delapan bulan setelah kesyahidannya-insya Allah-, Allah menghinakan Jamal Abdunnashir dan menghinakan bangsa Arab dengan kehinaan yang tiada bandingannya dalam lembaran sejarah mereka.”

“Pada saat ulama’ digantung mati, orang-orang saleh dimusuhi, para dai diteror dan terus dimonitor, serta kaum Muslimin dirusak kehormatannya,” tanyanya penuh semangat, “bagaimana Allah Ta’ala tidak cemburu atas kehormatannya?”

Fitnah ini menjadi semacam kepastian; bahwa jalan dakwah tak pernah sepi dari uji dan goda. Maka yang bertahan hanyalah mereka yang kuat dan istiqamah atas pertolongan Allah Ta’ala. Dan, semoga kita menjadi bagian dari mereka. Aamiin. [Pirman]

Artikel sebelumnyaInilah Redaksi Surat ‘Umar bin Khaththab kepada Mujahidin Palestina
Artikel berikutnyaKepada Orang Ini, Malaikat Bentangkan Sayapnya