Di dalam salah satu sabdanya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan rekomendasi bahwa mimpi bertemu dengan beliau adalah benar. Sebab, setan tak kuasa menyerupai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam tampilan fisiknya. Akan tetapi, siapa saja yang bena-benar bisa dipercayai bahwa dia telah bermimpi bertemu dengan Nabi? Apakah semua orang, atau hanya orang-orang tertentu?
Jika orang-orang tertentu saja, apa saja kriterianya? Rupanya, berdasarkan penjelasan ulama’ yang dikutip oleh Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi, hanya ada dua golongan yang bisa bertemu dengan Nabi dalam mimpinya. Siapakah mereka?
Kelompok pertama adalah golongan para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka hidup di zaman beliau, dan mengetahui dengan detail terkait ciri fisik manusia paling mulia ini. Bahkan, mereka menghabiskan keseluruhan waktu di sepanjang hidupnya untuk senantiasa membersamai Nabi.
Ketika mereka bermimpi bertemu Nabi, saat Nabi belum atau setelah wafat, maka mereka bisa benar-benar memastikan bahwa yang ditemuinya adalah sosok kekasih yang amat mereka taati perintahnya.
Jika kita mustahil masuk ke dalam kelompok pertama, maka masih ada kesempatan bagi diri ini untuk bergabung dalam kelompok kedua. Mereka adalah umat beliau yang amat mencintai dan senantiasa menjalankan sunnah-sunnahnya yang mulia.
Sepanjang harinya, mereka mewakafkan waktu untuk mempelajari sunnah dan mengejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari. Alhasil, kecintaan mereka tak hanya ditampilkan dalam ungkapan-ungkapan kalimat, tapi langsung dalam bentuk tindakan amal sehari-hari sebagai seorang muslim yang meneladani sang manusia teladan sepanjang zaman.
Mereka mengetahui ciri-ciri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam secara detail berdasarkan teks-teks hadits shahih yang senantiasa mereka telaah saban hari. Karena itu, mereka benar-benar bisa mengenali, apakah yang dilihatnya di dalam mimpi adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam atau selain beliau.
Nah, di luar dua golongan ini, tutur Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi, “Mereka tidak diperkenankan memastikan. Bahkan, yang dilihatnya di dalam mimpi, bisa jadi merupakan tipu daya setan.”
Meskipun di dalam mimpi tersebut, sosok yang ditemuinya berkata, “Akulah Rasulullah.” Atau, ada sosok ketiga yang menyampaikan padanya, “Itulah Rasulullah.”
Berhati-hatilah. Sebab setan akan senantiasa menggoda dengan beragam cara agar kita mengikuti kesesatan yang ditawarkannya. [Pirman/Kisahikmah]