Sebuah hadits dikatakan palsu disebabkan beberapa hal. Di antaranya; maknanya yang salah (kontradiktif), atau sanadnya bermasalah sebab ada perawi yang tidak dikenal atau dikenal sebagai pembohong. Maka, hadits palsu ini diragukan; apakah benar dari Nabi atau hanya karangan perawi tersebut. Karenanya, kaum Muslimin harus berhati-hati. Apalagi jika hadits palsu tersebut berkaitan dengan tata cara ibadah.
Berikut ini di antara contoh hadits yang disepakati kepalsuannya oleh ulama. Muhamamd bin Muhammad bin al-Asy’ats mengatakan, “Sanadnya gelap. Dan, matannya lebih gelap lagi.” Hadits palsu ini berisi tentang amalan yang bisa dilakukan agar seseorang bermimpi bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
“Siapa pun yang mendirikan shalat dua rakaat di malam Jum’at dengan membaca surat al-Fatihah sekali, diikuti dengan surat al-Ikhlas sebanyak dua puluh lima kali tiap rakaatnya. Setelah itu, ia melanjutkan dengan membaca Allahumma shalli ‘ala Muhammadin nabiyyil ummiyyi (Ya Allah, sampaikanlah shalawat atas Nabi Muhammad, Nabi yang Ummi), maka dia akan bermimpi melihatku (Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) malam itu.”
Kelanjutan riwayat palsu ini mengatakan, “Dan jika tidak, dia akan bermimpi melihatku sebelum datangnya hari Jum’at berikutnya. Dan barang siapa mimpi melihatku, Allah akan mengampuni dosa-dosanya.”
Terdapat kerancuan susunan kalimat dan maknanya. Bagaimana mungkin dosa akan diampuni hanya dengan melihat Nabi dalam mimpi sementara orang tersebut merupakan ahli maksiat? Bukankah di zaman beliau, ada banyak manusia yang diberi rezeki melihat dan berinteraksi dengan Nabi, tapi malah menjadi penentang dakwah?
Belum lagi keterangan jaminan akan bertemu di hari Jum’at atau sebelum Jum’at berikutnya. Sangat tidak beralasan.
Dalam riwayat lain juga disebutkan, “Barang siapa membaca surat al-Kautsar sebanyak seribu kali dan mengiringinya dengan shalawat atas Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seribu kali, maka ia akan bermimpi melihat Nabi Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam.”
Lebih tidak berdasar, sebab riwayat ini tidak memiliki sandaran perawi yang jelas.
Masih banyak riwayat sejenis ini. Kami cukupkan dengan menukil dua riwayat di atas dan satu riwayat lagi. Dikatakan, “Siapa yang mandi pada malam Jum’at, kemudian shalat dua rakaat dengan membaca surat al-Ikhlas seribu kali di dalamnya, dia akan melihat Nabi Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam.”
Demikian ini hendaknya menjadi perhatian bagi kita. Agar kita tidak masuk ke dalam golongan yang berlelah dalam amal, tapi tertolak lantaran tak memiliki sandaran sanad dan guru yang jelas. Semua riwayat dalam tulisan ini kami kutip dari buku Agar Tidak Diperdaya Setan tulisan Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi. Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]