Lanjutan dari Empat Kunci Sukses Dunia dan Akhirat dalam Surat al-Baqarah
Dirikan Lima yang Wajib dan Sunnah
Inilah tiangnya agama. Shalat. Siapa mendirikannya, ia telah menegakkan agamanya. Sedangkan yang meninggalkannya, selain merobohkan agama, baginya predikat kafir dan terjamin atasnya siksa neraka jika meninggal sebelum wafat.
Mendirikan shalat, oleh adh-Dhahhak dan Ibnu Abbas dijelaskan sebagai mengerjakan rukuk, sujud, dan bacaan shalat dengan sempurna, serta penuh kekhusyukan. Khusyuk ialah tenang, fokus, dan mengikhlaskan seluruh amal hanya untuk Allah Ta’ala. Kekhusyukan dalam shalat akan terlihat pula dalam fisik, dan kehidupan sehari-hari di luar shalat.
Sedangkan Qatadah mendefinisikan mendirikan shalat dengan mengatakan, “Mengerjakannya dengan menjaga waktunya, menyempurnakan wudhu, rukuk dan sujudnya.” Sedangkan Muqatil bin Hayyan menambahkan makna mendirikan shalat dengan menyempurnakan bacaan al-Qur’an, tasyahhud, serta shalawat untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.”
Shalat telah ditentukan waktunya oleh Allah Ta’ala; yang fardhu lima kali dalam sehari, dan shalat sunnah yang banyak terdapat di sepanjang siang dan malam hari; seperti Tahajjud, Dhuha, Rawatib, Witir, Syuruq, Hajat, Tasbih, dan sebagainya.
Shalat lima waktu yang terdiri dari Subuh di awal hari, Dhuhur saat istirahat tengah hari, Ashar untuk mensyukuri hari di kala memasuki senja, Maghrib untuk menyambut malam dengan doa dan harapan, serta Isya’ yang merupakan bekal bagi hamba dalam mengarungi malam yang penuh dengan godaan setan, dalam bentuk jin dan manusia.
Dilihat dari segi kesehatan, shalat adalah salah satu kunci utamanya. Dimulai dari pembagian waktu yang langsung ditentukan oleh Allah Ta’ala, terapi air dan pijat dalam wudhu, gerakan-gerakan sistematis yang jauh lebih bermanfaat dari senam tercanggih sekalipun, hingga doa-doa yang dirapalkan; semuanya bisa mengantarkan manusia menuju kesehatan untuk menunjang sukses dunia dan akhirat.
Shalat juga mengajarkan disiplin. Tidak diterima shalat yang sengaja dikerjakan sebelum maupun setelah waktunya berlalu, jika tanpa udzur yang syar’i. Shalat hanya boleh dikerjakan setelah waktunya tiba, dan batal (terganti) dengan shalat lain jika masanya telah berlalu.
Karenanya, kaum muslimin harus mendirikan shalat sebagaimana disyariatkannya. Sebab, jika displin dalam shalat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah pasti seseorang akan mendapatkan kesuksesan hidup dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika kesuksesan yang didamba belum juga menyapa, bisa jadi sebab utamanya sebab kaum muslimin sudah lalai dalam shalat dan meninggalkan spirit shalat dari kehidupan sehari-harinya.
Jadi, sebelum jauh-jauh mencari solusi, mari perbaiki shalat kita. [Pirman]
Berlanjut ke Empat Kunci Sukses Dunia dan Akhirat dalam Surat al-Baqarah (3)