Mahasuci Allah Ta’ala yang menguasai langit, bumi dan semua yang ada di antara keduanya. Maha Terpuji Allah Ta’ala yang berhak atas-Nya semua jenis pujian. Dialah yang telah menciptakan, mengurus, menghidupkan dan juga mematikan semua makhluk-Nya. Dialah Yang Mahakuasa, yang tiada lagi kuasa selain Kuasa-Nya.
Allah ‘Azza wa Jalla berbeda dengan mahkluk-Nya. Dia disebut Mukhalafatu Lilhawaditsi, sebagaimana tersebut dalam dua puluh sifat yang wajib ada pada-Nya. Dia berbeda dari semua sisi, dan mustahil sama dengan makhluk-Nya. Sebab manusia amat penuh kekurangan; sedangkan Dia Maha sempurna.
Di antara cara untuk mengenal-Nya adalah dengan mempelajari kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya. Merekalah generasi terbaik yang tiada sedikit pun cacat di dalamnya. Generasi yang belum ada tandingannya hingga kini.
Mereka adalah orang yang ketika hidupnya telah mencium bau surga. Saat jasadnya masih di bumi, ruhnya telah berkelana seakan melihat akhirat. Mereka amat merindukan surga sehingga bersungguh-sungguh agar dibebaskan dari neraka yang menyala api siksanya.
“Di mana para orang yang zuhud di dunia yang mengharapkan kehidupan akhirat?” tanya seseorang yang dijawab oleh Abdullah bin Umar dengan mengatakan, “Kepada mereka semualah seharusnya engkau bertanya.” Ibnu Umar menjawab seraya melihat makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khaththab.
Merekalah orang yang paling banyak kebaikannya. Sebab mereka hanya mengharapkan akhirat sebagai balasan terbaik atas amalan yang mereka kerjakan. Merekalah sosok yang ikhlas, tidak memanfaatkan dunia untuk foya-foya, dan senantiasa mengingat Allah Ta’ala dalam setiap kondisi.
Sebab zuhudnya pula, mereka didatangi rezeki yang halal dan mereka mengambil seperlunya untuk dimanfaatkan dalam perjuangan di jalan Allah Ta’ala. Mereka mendapatkan kekayaan dan memanfaatkannya untuk jihad di Jala-Nya; bukan untuk bermewah-mewah, koleksi aset, maupun tindakan mubadzir lainnya.
Di antara mereka yang masyhur dengan kekayaan dan kedermawanannya adalah Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Dua orang kaya yang senantiasa terdepan dalam shalat dan jihad. Sosok yang tidak lalai dengan harta, dan memanfaatkannya guna menggapai surga.
Abu Sulaiman mengatakan, “Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhuma merupakan dua bendahara dari perbendaharaan Allah di bumi-Nya.” Sebab, terangnya, “Keduanya menginfaqkan hartanya dalam taat. Muamalah keduanya adalah untuk Allah dengan kekuatan hati dan ilmunya.” [Pirman]