Di dalam Shahih Muslim diriwayatkan satu hadits yang menggambarkan kengerian Hari Perhitungan. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan manusia-manusia yang ditanduki dan diinjak-injak unta, sapi, dan kambing.
Jika sehari terdiri dari dua puluh empat jam saja seseorang akan merasa sangat menderita jika diperlakukan seperti itu, bagaimana rasanya jika mereka mendapati balasan ini dalam sehari yang setara dengan lima puluh ribu tahun? Lantas, siapakah sebenarnya mereka ini?
“Wahai Rasulullah,” tanya seseorang kepada manusia paling mulia ini, “bagaimana tentang unta?”
Jawab Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan, “Tidaklah pemilik unta yang tidak mengeluarkan zakatnya, kecuali pada Hari Kiamat nanti akan dihamparkan tanah yang sangat lapang, dipenuhi oleh unta-untanya yang benar-benar sehat dan bertanduk, tanpa ada satu anak unta pun yang tertinggal.”
Di padang nan gersang itu, “Semua unta menginjaknya dengan telapak kakinya, dan menggigitnya dengan mulutnya.” Setelah unta terakhir selesai ‘menimpakan’ siksa kepada pemiliknya di dunia itu, akan terus didatangkan dari unta pertama. Terus menerus seperti itu selama lima puluh ribu tahun.
“Begitu terus,” jelas baginda Nabi, “sampai Allah Ta’ala menghakimi seluruh manusia dan ia pun tahu, ke mana jalan yang akan ditempuhnya; surga atau neraka.”
Hal sama juga didapati oleh pemilik sapi dan kambing yang enggan dan menolak memberikan zakat setelah hewan ternak itu mencapai nishabnya. Pemiliknya akan diletakkan di sebuah hamparan yang dipenuhi kambing dan sapi miliknya dalam kondisi sehat, dan gemuk, tiada tanduknya yang bengkok dan patah. Semuanya bertanduk.
“Semuanya,” jelas Nabi, “akan menanduk dan menginjak-injak dengan kakinya.” Lamanya, “Satu hari yang setara dengan lima puluh ribu tahun sampai Allah Ta’ala menghakimi seluruh manusia, dan orang ini mengetahui ke mana ia akan ditempatkan; surga atau neraka.”
Sungguh, inilah balasan amat pasti bagi siapa pun hartawan yang menolak zakat. Di dalamnya ada siksa agung yang tengah menunggu. Ada azab besar yang pasti ditimpakan kepadanya. Karena itu, hendaknya kita membiasakan diri berinfaq dan mengerjakan kewajiban-kewajiban terhadap harta. Agar terbiasa, dan tidak menaruh cinta mati kepada harta dunia yang sementara. Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]