Siapa Amalkan Ini Sesaat Sebelum Meninggal, Jaraknya dengan Nabi hanya Satu Derajat

0
ilustrasi lelah yang diberkahi @jadiberita.com

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi kaum Muslimin dan Muslimat. Kewajiban yang dibebankan sepanjang waktu, dari buaian hingga mendekati ajal. Keharusan yang kudu ditunaikan, meski harus menempuh jarak yang amat jauh. Ke negeri China, misalnya.

Ilmu adalah kunci kebahagiaan dan kesuksesan. Siapa yang menghendaki kebahagiaan dan kesuksesan di dunia, maka ilmulah kuncinya. Siapa saja yang menginginkan hidup sejahtera dan selamat di akhirat, ilmu pula rahasianya. Dan siapa saja yang menghajatkan sukses di dunia dan akhirat, maka tiada jalan yang layak ditempuh, kecuali dengan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.

Ilmu itu memuliakan. Ilmu meninggikan derajat. Siapa yang memiliki ilmu, Allah Ta’ala pasti menempatkannya dalam derajat yang tinggi di dunia dan akhirat. Sebaliknya, orang-orang yang bodoh dan enggan menuntut ilmu, maka mereka akan berada dalam derajat yag rendah, bahkan bisa lebih rendah dari binatang ternak.

Mengingat pentingnya ilmu, maka ulama sepakat bahwa menuntut ilmu jauh lebih utama di banding melakukan shalat (ibadah) sunnah. Apalagi bagi orang alim yang diberi anugerah ilmu dari Allah Ta’ala, mengajarkan ilmu jauh lebih utama bagi mereka di banding sibuk di mihrab seraya melakukan ibadah individu kepada Allah Ta’ala.

Suatu hari, Imam Abdullah bin Wahab bergegas merapikan kertas-kertas di hadapan gurunya, Imam Malik bin Anas, lantaran terdengar adzan. Melihat muridnya tergesa-gesa merapikan kertas-kertas tersebut, Imam Malik bin Anas mengatakan, “Pelan-pelan! Apa yang engkau kerjakan itu tidak lebih afdhal daripada yang tadi kau kerjakan (mencatat ilmu), jika niatnya benar.”

Merapikan catatan merupakan bagian dari menuntut ilmu. Meski tidak lebih utama dari mencatat hadits (menuntut ilmu), keduanya memiliki kedudukan yang tinggi dalam timbangan amal kebaikan seseorang di hadapan Allah Ta’ala dan kemanfataanya bagi sekitar.

Kabar gembiranya lagi, bagi siapa yang meninggal dunia saat tengah melakukan amalan mulia ini, ada derajat agung yang dijanjikan oleh Allah Ta’ala untuknya. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh ulama kenamaan asal Andalusia, ialah Imam Yahya al-Laitsi yang berkata, “Barang siapa meninggal dunia ketika sedang menuntut ilmu, jarak antara dia dengan para Nabi di surga hanya satu derajat.”

Karennaya, mari niatkan menjadi penuntut ilmu yang sejati; yang hidup sebagai pembelajar hingga ajal menjemput kita. Insya Allah. Aamiin.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaSatu Jari yang Lebih Disukai dari Seratus Ribu Pedang
Artikel berikutnyaNasihat Sufi: Langkah Menggapai Maqam Qana’ah