Mari tenangkan diri sejenak. Lekaslah mengambil air wudhu untuk sucikan diri. Kemudian, dalam hening dan tunduk yang mulai melingkupi, mari tetap tundukkan diri, pikir dan jiwa kepada Allah Yang Mahakuasa. Mari insyafi semua khilaf dan dosa yang sudah pasti tak terbilang jumlahnya.
Tak ada manusia yang sempurna. Semua kita diciptakan dengan sifat keluh kesah, salah dan khilaf. Karenanya, kita butuh Allah Ta’ala. Kita membutuhkan-Nya dalam tiap jenak kehidupan; dalam berbaring, duduk dan berdiri. Sebab tanpa-Nya, apalah artinya diri yang amat lemah nan tak berdaya ini.
Kita butuhkan Allah Ta’ala, karenanya, kita harus senantiasa mengingat-Nya; sepanjang hari, selama nafas dikandung raga. Mengingat Allah Ta’ala, bagi manusia, seperti air bagi ikan. Sebab itu, siapa yang mengaku manusia, atau terlihat seperti manusia, namun tak ada sedikit pun dzikir dalam dirinya, maka ia tak ubahnya benda mati; ada dan tiadanya sama saja.
Dzikir adalah satu di antara bukti cinta. Orang beriman yang mencintai Allah Ta’ala, maka ia banyak mengingat-Nya dengan nama-nama-Nya yang Agung. Allah, Allah, Allah. Itulah kata nan mulia yang senantiasa ada di dalam benak dan batinnya.
Maka sampailah kepada kita satu riwayat yang amat mulia. Satu riwayat yang nilainya seribu kebaikan. Bukan, bukan seribu kebaikan dalam seribu hari; melainkan seribu kebaikan dalam satu hari.
Ketika itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bertanya kepada sahabat-sahabatnya, “Apakah di antara kalian tidak ada yang mampu mendapatkan seribu kebaikan dalam sehari?” demikianlah tanya lugas Sang Nabi. Tanya lugas yang maknanya akan senantiasa diamalkan hingga Hari Kiamat.
Sebab tak mengerti, para sahabat pun bertanya kepada kekasihnya itu, “Wahai Rasulullah,” tutur para sahabat, “bagaimana kami mendapatkan kebaikan sebanyak itu dalam sehari?”
Itulah metode pengajaran Sang Nabi. Beliau biasa menggunakan dialog dengan sahabat-sahabatnya. Bukan untuk menunjukkan kepandaian, tetapi untuk menjalin interaksi yang akrab dengan sahabat-sahabatnya yang mulia.
“Bertasbihlah seratus kali dalam sehari,” jawab Rasulullah menerangkan. Sebab, dengan membaca seratus tasbih, “akan mendatangkan seribu kebaikan,” atau, pungkas Rasulullah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim ini, “menghapuskan seribu kesalahan yang dilakukan.” [Pirman]