Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hanya karena Kasih dan Sayang-Nya-lah dunia ini berjalan dengan teratur tanpa sedikit pun kekacauan di dalamnya. Kasih dan Sayang-Nya meliputi seluruh makhluk di alam semesta.
Karena Kasih dan Sayang-Nya, seorang ibu senantiasa merasa senang setelah sakitnya melahirkan. Kemudian, para ibu itu merawat dan membesarkan anak-anaknya, padahal tak ada yang menjamin bahwa anak-anaknya itu, kelak akan menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya.
Kasih Sayang-Nya jua yang menjadikan seorang induk hewan merawat dan menumbuhkan anak-anaknya dengan sepenuh nalurinya. Itulah yang mendorong seorang induk burung, senantiasa mengupayakan makanan bagi buah hatinya, padahal makanan itu bisa dinikmatinya sendiri sebab dibawa melalui mulutnya.
Suatu hari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melihat seorang tawanan wanita yang tengah mondar mandir mencari bayinya. Itulah di antara bentuk kasih sayang salah satu makhluk-Nya. Bahkan, ketika berada dalam bahaya sebab ditawan, ia masih mencari dan peduli akan nasib buah hatinya.
Setiap kali mendapati bayi, wanita tawanan itu langsung mengambil dan mendekapnya. Terus seperti itu, hingga ia menemukan bayinya. Dalam jenak, bayi dalam gendongan itu pun disusuinya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun bersabda, “Bagaimana menurut pendapat kalian,” tanyanya kepada para sahabat, “apakah wanita itu tega melemparkan anaknya ke dalam api, padahal ia mampu untuk tidak melemparkannya?”
Serentak, para sahabat pun menjawab, “Tidak, ya Rasulullah.”
Beliau yang mulia akhlak dan segala sunnahnya pun berkata, “Demi Allah,” lanjutnya menerangkan, “Allah Ta’ala lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada sayangnya ibu ini kepada anaknya.”
Jika seorang ibu menyayangi anaknya karena ada ikatan darah, misalnya, maka Allah Ta’ala melimpahkan Kasih dan Sayang-Nya karena sifat Maha yang ada pada-Nya. Dia Mahakuasa untuk melakukan sesuatu, atau meninggalkannya. Kekuasaan-Nya absolut, meliputi seluruh semesta.
Dengan kesadaran bahwa Allah Ta’ala lebih menyayangi hamba-Nya daripada sayangnya seorang ibu kepada anaknya itu pula, bakti seorang anak kepada ibu dan orang tuanya harus diniati untuk melakukan perintah Allah Ta’ala. Dengan niat seperti inilah seorang anak bisa mengingatkan saat orang tuanya memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan syariat-Nya ataupun sunnah Nabi-Nya. [Pirman]