Syaikh Mahmud Al Mishri menceritakan kisah ini dalam bukunya, Sa’atan Sa’atan. Sebuah kisah ajaib yang bukan hanya membuat takjub orang-orang yang menyaksikannya langsung di tempat kejadian, tetapi juga membuat kagum orang-orang yang membacanya.
Jalan raya Arab Saudi yang mulus membuat kendaraan-kendaraan seakan beradu cepat di jalanan. Baik mobil pribadi maupun truk-truk besar seperti berlomba segera tiba di tujuan. Tiba-tiba, sebuah mobil pribadi masuk ke bawah sebuah truk besar. Seketika itu juga, terlihat api menyala. Kecelakaan hebat terjadi disertai kebakaran.
Untungnya, banyak orang berada di sekitar tempat kejadian perkara. Para pengendara juga berhenti. Mereka berhamburan ke arah kecelakaan dan berupaya menyelamatkan pengendara mobil itu.
“Bagaimana kondisinya?” sebagian orang bertanya kepada sebagaian lainnya ketika mobil tersebut dikeluarkan dari bawah truk. Mereka penasaran dengan kondisi korban kecelakaan. Apa yang akan menimpanya?
Begitu mobil berhasil dievakuasi dan pintunya terbuka, seorang pemuda keluar dari mobil itu. Puluhan pasang mata terbelalak menyaksikan keajaiban di depannya. Pemuda itu berdiri dengan sempurna dan berjalan tegap. Tak ada darah, tak ada luka. Bagaimana mungkin ia tidak tersentuh api, bahkan tak tersentuh pecahan kaca?
Demi mengobati rasa penasaran, salah seorang memberanikan diri untuk bertanya kepada sang pemuda. “Wahai saudaraku, sungguh mengherankan. Engkau tidak terluka sama sekali. Apakah ada amalan khusus yang menyelamatkanmu dari kecelakaan ini?”
Pemuda itu terdiam sejenak. Lalu dengan wajah penuh kesyukuran ia berujar, “Aku bekerja di Riyadh. Ketika mendapatkan gaji, aku segera menemui ibuku di Raghib dan memberikan gajiku kepada beliau. Beliau sangat senang denganku, beliau sangat bahagia dengan baktiku. Beliaupun mendoakan aku semoga Allah senantiasa menjaga dan melindungiku.” Tanpa dikomando, puluhan orang di tempat itu bertakbir. Hampir bersamaan.
Saudaraku, sudahkah kita berbakti kepada orang tua kita? Khususnya ibu kita? Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban setiap anak di dunia. Allah memberikan pahala besar kepada setiap muslim yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Allah juga meridhai setiap mukmin yang mendapatkan ridha orang tuanya. Dan diantara doa yang dikabulkan Allah adalah doa orang tua untuk anaknya.
Sejak janin, bayi, kanak-kanak, hingga remaja, seseorang pasti menyusahkan orang tuanya. Namun terkadang setelah mereka besar, mereka bisa bekerja, mereka hidup sejahtera, mereka lupa kepada orang tuanya. Jangankan untuk membahagiakan orang tua dengan memberikan sebagian gajinya, untuk pulang ke rumah saja amat jarang dilakukan. Padahal orang tuanya begitu merindukannya. Melihat anaknya datang saja, orang tua sudah bahagia.
Pemuda tadi telah mengajarkan kita untuk mengutamakan orang tua. Ia tidak lupa. Ia tetap berbakti, ia bahkan memberikan gajinya kepada ibu tercinta. Maka, doa ibunya dikabulkan Allah. Allah telah menjaga dan melindunginya, persis seperti munajat sang ibunda. [Muchlisin BK/Kisahikmah.com]