Kisah ini shahih berasal dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad bin Hanbal dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Dalam kisah ini, seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil difitnah berzina hingga memiliki anak ‘hanya’ karena kesalahan kecil yang dia lakukan kepada ibunya. Beruntung, Allah Ta’ala menolongnya melalui bayi mungil yang mampu angkat bicara.
Juraij. Ahli ibadah. Dari kalangan Bani Israil. Ia memiliki mihrab khusus sebagai tempat mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Oleh masyarakat sekitar, kesalehan dan kedekatannya kepada Allah Ta’ala sudah amat masyhur, terdengar ke seantero pelosok wilayah. Menakjubkan.
Suatu hari, Juraij tengah mendirikan shalat sunnah. Itulah di antara munajat kegemarannya selain berdzikir dan tafakkur, memikirkan Mahabesarnya Allah Ta’ala melalui ciptaan-ciptaan-Nya. Di tengah shalatnya, sang ibu bertandang. Dari luar mihrab, sang ibu memanggil, “Juraij!” Ia bimbang. Batinnya berdebat; lanjutkan shalat atau menyahut panggilan ibunya.
Rupanya, hari itu Juraij berijtihad untuk melanjutkan shalat tanpa menyahut panggilan wanita yang telah melahirkannya itu. Kejadian seperti ini, berulang hingga tiga kali. Dan, dalam dua kejadian berikutnya, Juraij tetap berijtihad sebagaimana pendapat pertamanya; melanjutkan shalat, tak menyahut panggilan ibunya.
Di kali ketiga, pada kedatangannya yang terakhir, sang ibu kesal. Lalu, ia mendoakan anaknya, “Ya Allah, jangan wafatkan dia sebelum melihat wajah wanita pezina.”
Hari-hari berikutnya pun berlalu sebagaimana biasanya. Kemasyhuran Juraij sang ahli ibadah pun semakin menjadi perbincangan warga. Hingga tibalah suatu hari di dekat mihrabnya. Orang-orang berkumpul membicarakan dengan bangga kesalehan Juraij. Lalu, datanglah seorang wanita pezina yang sangat cantik. Tiada tandingannya.
Wanita pezina itu berkata, “Jika kalian mau, aku akan menggodanya.” Kemudian, wanita pezina itu pun melakukan aksinya. Ia mendatangi mihrab dan menggoda Juraij dengan pesona dan akal bulusnya. Sang ahli ibadah tidak menoleh sedikit pun. Sama sekali tidak tertatik dengan wanita pezina itu. Hingga, lama-lama, wanita itu pun berlalu.
Tak jauh dari mihrab Juraij, wanita pezina melihat seorang penggembala yang tengah rehat. Kelelahan. Kemudian, didekatilah laki-laki itu. Wanita pezina lakukan aksinya. Si penggembala pun jatuh dalam pelukannya. Keduanya berzina. Dan, wanita pezina itu hamil.
Berbilang bulang kemudian, setelah melahirkan bayi hasil zinanya, wanita itu mendatangi masyarakat di sekitar mihrab Juraij. Serunya lantang, “Bayi ini adalah hasil perzinaanku dengan Juraij.” Sontak saja, masyarakat mendatangi mihrab Juraij. Mereka menyeret Juraij, memukulinya, dan menghancurkan mihrabnya dengan beringas, tanpa konfirmasi sedikit pun.
Dengan sisa tenaganya, Juraij bertanya, “Ada apa ini?” Jawab salah satu warga, “Kau telah berzina.” Seru yang lain sembari menggendong bayi wanita pezina, “Ini buktinya.”
Juraij pun angkat bicara, “Tunggu dulu. Izinkan saya mendirikan shalat.” Juraij pun mendapat izin dari warga. Ia dirikan shalat, bermunajat kepada Allah Ta’ala.
Selepasnya, ia mendatangi bayi itu, memukul perutnya dan bertanya, “Hai bayi kecil, siapa bapakmu?”
Ajaib, bayi itu menjawab, “Fulan, si penggembala.”
Masyarakat pun meminta maaf dan mengajukan diri untuk kembali membangun mihrab ibadah untuk Juraij.
Demikianlah doa ibu. Ia langsung didengar dan dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Maka, berhati-hatilah. [Pirman/Kisahikmah]