Di dalam majlis mulia yang dihadiri oleh Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wa sallam, sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, sayyidina ‘Umar bin Khaththab, sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan, dan sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib, Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq mengatakan bahwa ada 3 hal yang paling beliau sukai di dunia ini.
Ialah berinfaq karena Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, bermajlis bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, dan bershalawat kepadanya.
Lalu, sayyidina ‘Umar bin Khaththab pun menyampaikan 3 hal yang paling beliau sukai di dunia ini, sebagaimana dijelaskan oleh Kiyai Haji M Luqman Hakim dalam Majalah Cahaya Sufi edisi 95 tahun 2016.
Memuliakan Tamu
Sayyidina ‘Umar bin Khaththab sangat memuliakan tamu karena mengamalkan salah satu hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bahwa orang yang paling mulia di antara kalian adalah yang memuliakan tamu.
Memuliakan tamu adalah bagian tak terpisahkan dari akhlak orang-orang beriman yang gemar meneladani sunnah Nabi yang mulia.
Berpuasa di Siang Terik
Inilah di antara karakter sayyidina ‘Umar bin Khaththab yang terkenal berani, gagah, dan suka tantangan. Berpuasa di tengah terik merupakan bentuk kesungguhan, bukti bagusnya iman seorang hamba. Sebab saat mentari bersinar terik, kecenderungan jiwa adalah menikmati makanan dan minuman yang menyegarkan badan.
Jihad dengan Senjata Terhunus di Sisi Rasulullah
Sayyidina ‘Umar bin Khaththab adalah sosok yang lebih memilih berada di medan jihad saat dingin menggigit di banding berdua dengan seorang istri cantik di malam pertama.
‘Umar amat pemberani. Semangat jihadnya tidak terkalahkan. Sosok yang dengannya kaum Muslimin semakin kuat dan diperhitungkan. Laki-laki yang tegas membedakan antara haq dan bathil hingga setan berlari darinya.
Sahabat sekaligus mertua Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam ini juga terkenal dengan karakter ekspansifnya. Saat berada di bawah kepemimpinannya, wilayah Islam meluas hingga mencapai sebagian besar dunia.
Namun, sayyidina ‘Umar justru menunduk sembari menangis lantaran capaian gemilangnya itu. Sebab beliau sangat tawadhu’. Rendah hati. Beliau tidak pernah merasa lebih baik dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, tapi kenapa diberi kenikmatan duniawi yang lebih dari keduanya?
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]