Di dalam memberikan pengantar untuk Risalah al-Mustarsyidin karangan Imam al-Harits al-Muhassibi, Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah Rahimahullah menukil perkataan Umar bin Khaththab dari Miftah Dar as-Sa’adah karangan Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah. Khalifah kedua kaum Muslimin ini menyebutkan tiga hal yang membuat dirinya dan orang-orang beriman betah hidup di dunia.
Jihad
‘Umar berkata, “Jika bukan karena mengerahkan dan menyiapkan pasukan di jalan Allah Ta’ala, tentulah aku tidak betah di dunia ini.”
Inilah kesibukan sejati orang-orang beriman. Jihad di jalan Allah Ta’ala. Mereka sibuk memperjuangkan Islam dengan kesungguhan yang mendalam. Mereka bertebaran di berbagai lini kehidupan untuk menjadi mujahid dan mujahidah yang mengajak umat manusia untuk beriman kepada Allah Ta’ala.
Jihad juga menjadi tingkat tertinggi dalam neraca amal. Ialah puncak yang hanya bisa digapai oleh mereka yang benar imannya. Jihad mustahil dikerjakan oleh orang munafik atau mereka yang amat lemah imannya.
Ibadah Malam
Ayah Hafshah sekaligus salah satu mertua Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini melanjutkan, “Jika bukan karena beribadah kepada Allah Ta’ala di malam hari, tentulah aku tidak betah hidup di dunia ini.”
Ibadah secara umum, Tahajjud atau Qiyamullail secara khusus. Ialah ibadah unggulan yang menjadi bukti bagus dan mengakarnya iman di dalam hati seorang hamba. Khusus Tahajjud atau Qiyamullail, ialah ibadah yang waktunya bertepatan dengan terijabahnya doa. Waktu istimewa saat semua permintaan dikabulkan, ketika semua orang yang memohon ampun diberikan ampunan. Disebutkan dalam riwayat shahih, Allah Ta’ala ‘turun’ ke langit dunia di sepertiga malam terakhir.
Inilah di antara kesibukan utama orang-orang shalih yang terpilih. Sebab sering berkhalwat dengan Rabb Ta’ala itu pula, wajah mereka senantiasa bercahaya. Allah Ta’ala memilihnya untuk menjadi kekasih-Nya yang bertebaran di muka bumi menjadi rahmat bagi semesta raya.
Menuntut Ilmu kepada Orang Shalih
Di akhir penuturannya, sosok yang ditakuti setan dan bergelar al-Faruq ini menyampaikan, “Jika bukan karena bergaul dengan orang-orang yang selalu berkata baik sebagaimana kurma yang aromanya selalu semerbak, tentulah aku tidak betah hidup di dunia ini.”
Inilah keutamaan ilmu yang disampaikan oleh orang-orang shalih. Berkumpul dan melihat wajah mereka saja, akan menjadi pemicu kedamaian dan terbitnya rasa bahagia. Apalagi jika mendengarkan kalimat-kalimat bijak yang meluncur dari lisan suci yang senantiasa digunakan untuk menyebut nama Allah Ta’ala dalam dzikir-dzikir yang panjang, syahdu dan penuh kekhusyukan.
Jika bukan karena tiga hal ini, Umar bin Khaththab dan orang-orang shalih tidak akan betah hidup di dunia. Lalu, bagaimana dengan kita? Adakah serupa atau sebaliknya?
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]