Mendapatkan kecintaan Allah Ta’ala bukan hanya hak para Nabi. Manusia-manusia biasa seperti kita pun diberi peluang untuk merasakan puncak kenikmatan spiritual tersebut. Syaratnya, kita harus menempuh riyadhah spiritual sebagaimana dirumuskan oleh para pendahulu dari kalangan orang-orang shalih.
Salah satunya seperti dirumuskan oleh Imam al-Fairuz Abadi dalam kitabnya Basha-ir Dzawy at-Tamyiz. Sebagaimana dikutip oleh Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam mensyarah Risalah al-Mustarsyidin Imam al-Harits al-Muhasibi, al-Fairus Abadi menyebutkan 10 amalan yang bisa menjadi sebab kecintaan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya.
Membaca al-Qur’an
Bukan hanya membaca, tapi dilanjutkan dengan menghafalkan, menghayati maknanya, dan menjadikannya sebagai panduan dalam beramal shalih. “Membaca al-Qur’an dengan penuh penghayatan dan perenungan terhadap maknanya serta memahami apa yang dimaksudkan oleh Allah Ta’ala.”
Pendekatan Diri
Dilakukan dengan dua jalan; melakukan ibadah-ibadah sunnah setelah melakukan ibadah-ibadah yang diwajibkan. Jika seorang hamba istiqamah dalam amalan sunnah setelah mengerjakan amalan wajib, maka Allah Ta’ala akan memberikan kedudukan yang tinggi dan cinta-Nya.
Dzikir
Ialah ibadah tanpa batas. Setiap waktu hendaknya dilalui dengan menyebut nama Allah Ta’ala yang agung. Berdzikir dengan lisan, pikiran, dan hati. Menggunakan seluruh nikmat untuk mengingat Allah Ta’ala. Serta menghubungkan setiap tanda-tanda alam untuk semakin mengenal-Nya. Kata al-Fairuz Abadi, “Karena derajat seseorang tergantung dengan (kualitas dan kuantitas) dzikirnya.”
Utamakan Cinta kepada Allah Ta’ala
Lawan dari cinta adalah nafsu. Kecintaan kepada Allah Ta’ala adalah kebaikan dan hawa nafsu adalah musuh abadinya. Orang yang mendambakan kecintaan Allah Ta’ala, dia harus memenangkan cinta-Nya atas nafsu yang senantiasa dibisikkan oleh setan terlaknat.
Menghayati Nama dan Sifat Allah Ta’ala
Allah Ta’ala memiliki nama-nama yang baik, asma’ al-husna. Nama-nama ini sekaligus menjadi sifat agung yang hanya dimiliki dan berhak disandang oleh-Nya serta mustahil bagi selain-Nya.
Menghafal nama-nama-Nya yang agung adalah kebaikan, tapi akan menjadi lebih berdaya guna jika diikuti dengan penghayatan sepenuh jiwa hingga nama-nama tersebut menjadi spirit dalam beramal shalih.
“Barang siapa yang mengenal Allah Ta’ala melalui nama, sifat, dan perbuatan-Nya, pastilah dia mencintai-Nya.” tutur al-Fairuz. Hal ini pun berlaku sebaliknya, mustahil seseorang mencintai Allah Ta’ala dan mendapatkan kecintaan-Nya jika dia tidak mengenal nama-nama-Nya yang agung.