Sebuah kisah pilu patut menjadi renungan kita semua; sebagai seuami maupun istri. Ini tentang bagaimana memahami tanpa harus menyakiti, apalagi berujung dengan hilangnya nyawa pasangan hidup kita. Mungkin, jika kita berada di pihak salah, berkelit amat mungkin untuk dijadikan alasan. Namun, alangkah bijaknya jika kejadian yang terjadi akhir-akhir ini di salah satu sudut negeri ini bisa menjadi pelajaran amat berharga dalam kehidupan kita.
Dari seorang teman, kisah ini diriwayatkan. Sebut saja namanya Suami. Ia adalah seorang pekerja pabrik di sebuah kawasan industri pinggiran Jabodetabek. Guna menghemat pengeluaran dan mencukupi kebutuhan anak dan istrinya, Suami hanya pulang kampung sebulan sekali.
Suami terkenal sebagai pribadi pekerja keras, pantang menyerah dan jarang mengeluh. Hanya saja, ada beberapa hal yang memang tak bisa disembunyikan sebab ia manusia biasa. Maka di balik kegigihannya dalam bekerja, tersimpan rahasia hubungan antara ia dan istrinya. Masih dari sumber yang sama, istri sang Suami adalah wanita yang suka menuntut. Hal ini diperparah dengan sikapnya yang tidak mau tahu keadaan suaminya di perantauan.
Karenanya pula, demi mencukupi kebutuhan istrinya itu, agar ‘setoran’ yang ia berikan tidak berkurang, sering kali Suami menahan diri untuk tidak makan; meskipun hal itu menjadi kebutuhannya. Apalagi bagi seorang buruh, makan adalah nafas utama agar tenaga dan staminanya senantiasa terjaga.
Keadaan semacam itu telah berlangsung lama. Hingga puncaknya, dalam sepekan terakhir, ia merasakkan sakit di bagian kepala dan rasa dingin di sekujur tubuh. Sempat menceritakan kepada sahabat dekatnya, namun Suami menolak ketika diajak ke rumah sakit. Pikirnya, uang gajian bulan ini harus dikirim semua ke kampung, sehingga tak ada anggaran untuk berobat. Miris.
Di tempat yang berbeda, sang juru kisah bertutur bahwa istri sang Suami telah ‘menerornya’ agar segera mengirimkan uang. Maka, Suami sudah berniat untuk mengirimkan seluruh gajian bulan itu; demi membahagiakan istri dan anak-anaknya.
Ketika hari itu gajian baru saja ditransfer ke rekeningnya, Suami bergegas menuju ATM untuk mengecek dan langsung mengirimkan semuanya ke rekening istrinya. Sebab sakitnya semakin akut, akhirnya ia menyerah juga dan berniat memeriksakan diri ke rumah sakit setelah melakukan transfer.
Tragisnya, sebelum sampai di rumah sakit, pusingnya semakin akut. Dan, entah ia terjatuh dari motor atau tak tertib sebab pusing yang dialaminya, sebuah truk berkecepatan tinggi menabraknya. Otaknya berhamburan, dan ia wafat seketika itu.
Inna lillahi wa inna ilahi roji’un. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu. [Pirman]