Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, adalah seorang ulama bernama Abu ath-Thayyib Thahir bin ‘Abdullah. Di usianya yang sudah lebih dari satu abad itu, beliau dikaruniai nikmat badan yang masih sehat bugar dan akal yang tidak pikun.
Dalam sebuah perjalanan laut bersama murid-muridnya, tepat ketika perahu yang dinaiki menyentuh bibir pantai, beliau melakukan pendaratan yang tak biasa; meloncat dengan sigap dari atas perahu. Padahal orang lain yang usianya lebih mudah dari sosoknya pun tak kuasa melakukan hal itu.
Para murid yang menyertainya pun bertanya, “Apa rahasianya sehingga Tuan Guru bisa sebugar dan sesehat di usia sesenja ini?”
“Badanku ini,” jawab beliau lugas, “kujaga dari maksiat saat aku masih remaja. Maka, Allah Ta’ala pun menjaganya saat aku memasuki usia tua.”
Singkat. Padat. Jelas; jaga diri dari maksiat saat muda, maka Allah Ta’ala akan menjaganya saat usia tak lagi muda. Tentu saja, yang dimaksud oleh Abu ath-Thayyib bukan hanya menjaga badan dengan memberi makan bergizi, istirahat yang cukup, dan olah raga sebagai sarana menuju badan yang sehat dan bugar. Namun, beliau senantiasa menjaga diri-jiwa dan raga-agar tidak melakukan maksiat dan dosa kepada Allah Ta’ala. Sebab memang, dosa dan maksiat adalah cara yang paling ampuh dan mudah untuk menuju kebinasaan fisik dan jiwa.
Sebaliknya pun demikian. Sebagaimana dikisahkan oleh Muhammad al-Kattani yang dikutip Mas Udik Abdullah dalam Bagai Mengukir di Atas Air, ia melihat seorang lelaki tua yang memutih jenggot dan rambutnya. Selain itu, ia menghabiskan masa tuanya untuk menjadi peminta-peminta. Mengemis. Mengiba belaskasih kepada orang-orang di pasar dan jalanan.
Ujar al-Kattani, “Lelaki ini di masa mudanya telah menyia-nyiakan hak Allah, maka Allah Ta’ala menyia-nyiakannya di masa tuanya.”
Meskipun, ada juga orang shaleh yang diberikan ujian berupa sakitnya badan, dan orang yang ingkar namun diberikan kesehatan dan kekayaan duniawi. Hendaknya kita menyikapi semua fenomena kehidupan dengan bijak. Karenanya, yang terbaik adalah berada dalam ketaatan. Sehingga yang kita alami hanya akan menghasilkan kebaikan di dunia dan akhirat. Aamiin. [Pirman]