Allah Ta’ala melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang Dikehendaki-Nya. Ketika “Kun” telah terucap dari-Nya, maka terjadilah semua yang Dia Kehendaki. Amat mudah baginya untuk memberikan harta dan dunia, amat mudah pula bagi-Nya menahannya bagi siapa yang Dikehendaki-Nya.
Dikisahkan oleh Ustadz Bobby Herwibowo, ada seorang pengusaha bernama Jiman (bukan nama sebenarnya). Dalam salah satu perjalanan bisnisnya di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, beliau menginap di sebuah hotel yang letaknya agak jauh dari masjid.
Ketika fajar mulai menyapa, Jiman pun keluar dari kamar, bersiap-siap mendatangi masjid untuk shalat Subuh berjamaah. Saat melihat jam tangan yang terpasang modis di salah satu lengannya, rupanya waktu Subuh masih tiga puluh menit lagi.
Jiman pun memutuskan untuk naik becak dan berkeliling ke pusat kota yang terkenal dengan Lumpia-nya. “Becak, Pak,” ujarnya kepada salah satu abang becak. Tak lama, keduanya pun terlibat akrab. Abang becak yang mengantarkannya kala itu bernama Abu.
Tak lama kemudian, terdengar sayup-sayup suara tahrim yang mengalun dari pengeras suara masjid agung di pusat kota itu. Tahrim biasa digunakan di beberapa daerah sebagai tanda bahwa waktu subuh akan segera tiba.
Tiba-tiba, Abu meminta maaf kepada Jiman, “Maaf, Pak,” lanjutnya dengan amat sopan, “bagaimana kalau bapak saya pindahkan ke becak lain (teman saya)?”
“Loh,” kilah Jiman dengan tanya, “memang Pak Abu kenapa?”
“Begini, Pak,” terangnya menjelaskan, “saya sudah berkomitmen untuk mengumandangkan adzan Subuh. Dan waktunya sudah mendekati. Jadi saya harus segera ke masjid.”
Takjub. Itulah perasaan pertama yang timbul. Betapa nuraninya bergetar melihat sosok yang mengacuhkan dunia, tapi amat mengutamakan panggilan Allah Ta’ala. Rupanya, menurut Abu, “Sayangkan, kalau orang-orang sampai tidak shalat Subuh.”
Tak sia-siakan momen, Jiman pun menantang guru spiritual yang baru ditemuinya itu, “Gimana kalau Pak Abu gak usah ke masjid? Saya ganti dengan lima ratus ribu rupiah.”
“Maaf, Pak. Bukannya menolak rezeki. Yang saya tahu, shalat sunnah dua rakaat sebelum Subuh lebih baik dari dunia dan seisinya.” Jawab Abu lancar yang membuat Jiman semakin takjub.
Guna menutupi kekagumannya pada sosok yang hanya penarik becak ini, Jiman pun berupaya menaikkan tawaran, “Gimana kalau saya tambah? Jadi saya bayar satu juta.”
Abu tetap menolaknya. Keduanya pun memutar arah menuju masjid terdekat. Saat sampai di masjid, pintunya masih tertutup, lampunya masih padam.
Adzan dikumandangkan. Subuh didirikan. Dzikir dilantunkan. Lepas dzikir, Jiman menangis dalam doanya. Namun, Abu segera menyapanya, “Pak, mari melanjutkan keliling Kota Semarang?”
Tanpa kata, dijabatlah tangan Abu, dipeluk erat, sembari berucap lirih namun tegas, “Pak, tolong jangan tolak rezeki lagi. Saya berniat menghajikan bapak tahun ini.”
Subhanallahi wal hamdulillah Allahu akbar. [Pirman]
Rujukan: 7 Password Percepatan Rezeki