Setelah Islam dipeluknya sebagai keyakinan terbaik, Muslimah ini menyusup ke wilayah suku Quraisy di Makkah. Islam yang bergemuruh membuatnya tak gentar. Ia hendak mendakwahkan kebenaran yang telah dikecapnya. Ia hendak menyelamatkan wanita-wanita Quraisy dari gelap jahiliyah menuju terangnya Islam nan sempurna.
Malang, ia tertangkap. Innalillahi. Siksa pun terancam jelas di dalam benaknya. Tapi, Muslimah ini tak gentar secuil pun. Sejak ucapkan dua kalimat syahadat, ia sadar penuh bahwa nyawa adalah taruhannya. Musuh-musuh Islam yang menawannya berkata, “Jika bukan karena terhormatnya kaummu, kami pasti sudah melakukan apa yang kami kehendaki.”
Muslimah ini pun dinaikkan di atas unta. Tanpa pelana atau alas apa pun. Di bawah terik mentari dan di atas panas padang pasir, Muslimah ini diperjalankan dalam keadaan terikat. Di tengah perjalanan, para penawan itu pun beristirahat. Kejinya; mereka berteduh sembari menikmati makanan, sementara sang Muslimah dibiarkan terikat di bawah terik nan menyengat.
“Tiba-tiba,” tutur sang Muslimah pemberani ini, “aku merasakan sesuatu yang dingin di atas dadaku.” Sebuah ember berisi air. Ia pun meraihnya sebab kehausan. Lalu, meminumnya perlahan. Hanya sedikit. Kemudian, lanjutnya berkisah, “Ember itu pun diangkat dariku.” Namun, kejadian itu berulang. Hingga, “Aku pun minum sampai kenyang.” Selain minum, guna menyegarkan badan dan pakaiannya dari kerontang, “Aku percikkan air yang jatuh pada tubuh dan pakaianku.”
Ketika kejadian nan menakjubkan itu terjadi, musuh-musuh Islam yang menawannya tengah lelap dalam tidurnya sebab terlampau kenyang. Melihat basahnya pakaian sang Muslimah, mereka pun mengintrogasi, “Apakah kaulepaskan ikatanmu dan mengambil air kami, lalu meminumnya?”
Sang Muslimah mengelak. Ia pun menuturkan keajaiban yang dialaminya. Sebuah ember berisi air yang diturunkan dari langit. Tak percaya, musuh-musuh itu pun memeriksa persediaan air yang mereka bawa. Rupanya, masih utuh. Tak berkurang semili liter pun. Karenanya, sebagaimana dituturkan oleh Imam Ibnul Jauzi dalam Shifatu Shafwah yang dikutip Dr. Thal’at Muhammad ‘Afifi Salim dalam Diary Kehidupan Shahabiyah, “Akhirnya, mereka pun masuk Islam.”
Demikian itulah salah satu keajaiban dakwah. Allah Ta’ala pasti menolong siapa yang menolong agama-Nya. Allah Ta’ala mustahil menyalahi janji suci-Nya. Dan, pertolongan-Nya yang diberikan kepada Ummu Syuraik dalam kisah di atas, adalah bukti paling otentik bahwa Dia Mahakuasa untuk menolong hamba-hamba-Nya dan menjadi salah satu jalan untuk berikan hidayah kepada siapa yang Dikehendaki-Nya. [Pirman]