Tak ada manusia yang bebas dari dosa dan salah. Hampir tiap detik, dalam setiap kedip mata, detak jantung, dan hela nafas; selalu saja ada dosa yang tertoreh. Mulai yang besar atau kecil, sengaja atau tidak, terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, dengan banyak cara dan detail kejadiannya.
Sering. Itulah kata yang-mungkin saja-paling tepat. Hingga saking seringnya itu, dosa yang dilakukan oleh seorang hamba bak butiran pasir di padang sahara atau pantai, gemintang di angkasa, buih di samudra, dan ungkapan lain yang menggambarkan banyak dan melimpah serta seringnya dilakukan.
Karenanya, mustahil bagi kita untuk tidak melakukan dosa. Sebab, sedemikian itu pulalah tabiat diri sebagai manusia biasa. Yang bisa dilakukan hanya meminta ampun sesering mungkin dengan taubat dan istighfar, kemudian mendisiplinkan diri untuk senantiasa berada dalam kebaikan.
Pasalnya, diri manusia hanya bisa diisi oleh satu dari dua hal yang saling bertentangan; kebaikan atau keburukan. Dan, keduanya mustahil berkumpul, kecuali akan saling mengalahkan dan menyingkirkan satu dengan yang lainnya.
Maka, mereka yang tidak pernah terlihat dalam kebaikan, enggan terlibat di dalamnya, bahkan menolaknya mentah-mentah; pastilah mereka menjadi penyeru, pendukung, dan promotor keburukan. Begitupun sebaliknya.
Melihat Dosa
Orang-orang yang beriman, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Mereka melihat dosa seperti gunung yang menggantung di atas kepalanya dan merasa takut akan menjatuhinya.”
Mereka khawatir, cemas, dan takut yang sangat terhadap dosa-dosa yang mungkin-dan pasti-dilakukannya. Karena itu, mereka senantiasa melakukan muhasabah, menyadari salah, menghapus salah dan dosa dengan istighfar di sepanjang masa, kemudian menyibukkan diri dengan selalu berbuat kebaikan sesuai kemampuan terbaik yang dimiliki.
Mereka tidak puas dengan amal, sebab sadar jumlahnya yang sedikit dan tak ada jaminan akan diterima. Sehingga, mereka terus mengiringinya dengan amalan-amalan lain hingga amal saleh menjadi kesibukannya yang tak pernah usai.
Sebaliknya, orang-orang munafik, sebagaimana kelanjutan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam riwayat Imam Bukhari di atas, “Mereka melihat dosa seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya, lalu ia berupaya mengusirnya agar terbang meninggalkannya.”
Dosa itu, bagi orang munafik; hanya sesuatu yang kecil, remeh, sedikit, mudah, dan tak mungkin membuat mereka cemas. Karenanya, mereka bergelimang dalam dosa dan maksiat.
Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari dosa dan salah; dan berikan ampunan atas semua dosa dan salah yang kita perbuat. Aamiin. [Pirman]