Mari lembutkan hati dengan membaca kisah-kisah inspiratif yang terjadi di medan jihad. Kisah ini diceritakan oleh Dr Abdullah Azzam dalam bukunya Tarbiyah Jihadiyah. Semoga dengan kisah ini, keyakinan bahwa Allah Ta’ala akan menolong para mujahid akan semakin mengakar kuat ke dalam hati.
Di provinsi Lugar, Afghanistan pasukan kaum kafir mengumpulkan anak-anak, orang tua, dan juga wanita, termasuk para ulama di wilayah tersebut. Sejumlah empat puluh tiga orang disembelih dan jasadnya dibakar pada hari raya Idul Adha.
Setelah itu, mereka melakukan patroli dengan memasuki rumah penduduk. Di sebuah rumah, terdapatlah seorang pemuda berusia dua belas tahun yang tengah bersembunyi. Rupanya, kaum kafir itu melihat sebuah mushaf di rumah tersebut. Mereka pun mengambil, lalu membantingnya dengan keras sebagai bentuk penghinaan.
Tak tahan melihat penghinaan terhadap mushaf tersebut, pemuda yang bersembunyi itu pun keluar dari persembunyiannya di bawah tempat tidur. Spontan saja, ia mengambil mushaf dan mendekapnya dengan erat. Katanya berapi-api, “Ini adalah Kitab Rabb kami. Kitab ini adalah kemuliaan dan syiar.”
Hardik para penjajah kafir itu, “Buang kitab itu!”
“Meski kau potong-potong tubuhku”, tegas sang pemuda, “Demi Allah”, pungkasnya tanpa takut, “Aku tidak akan melepaskannya dari tanganku.”
Itulah yang dilakukan oleh sang pemuda. Yang ia lakukan adalah bagian dari akhlak, yang timbuk tanpa dibuat-buat. Ia keluar dari persembunyian sebab tak rela jika al-Qur’an dihinakan. Maka, nyawanya yang menjadi taruhan pun tidak ia hiraukan.
Bahkan, keteguhan dan keberanian itulah yang akhirnya membuat penjajah kafir urung membunuhnya. Meskipun jika dibunuh, insya Allah pemuda itu gugur sebagai syuhada’ di jalan-Nya.
“Karena hormatnya pemuda tersebut pada agama ini”, terang Dr Abdullah Azzam, “Si Rusia pun menghormati anak tersebut.” Meskipun anak itu dibebaskan, dasar penjajah terlaknat, lanjut Dr Abdullah Azzam, “Mereka menyembelih semua yang ada di dalam rumah itu.”
Kisah itu hanya satu segmen di antara banyaknya kejadian yang terjadi di medan jihad. Banyak kisah lain yang jika dibaca bisa membangkitkan semangat kaum muslimin dalam membela agamanya.
Sayangnya, kajian-kajian dan kisah-kisah semacam ini jarang digaungkan, hingga kaum muslimin semakin melemah semangatnya; dalam waktu bersamaan, banyak mereka yang mengaku dai, tapi yang diajarkan adalah bagaimana menukar amalan akhirat dengan dunia yang amat murah.
Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari ketergelinciran. Aamiin. [Pirman]