Gosok gigi dikenal juga dengan bersiwak. Di zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, bersiwak menggunakan kayu tertentu yang dilembutkan seratnya dengan ditumbuk atau digigit ringan.
Seiring berkembangnya zaman dan umat manusia semakin banyak, siwak dimodifikasi dengan sikat gigi lengkap dengan pastanya. Industri pun berkembang. Ada jutaan bahkan miliaran orang yang mendapatkan pekerjaan dari industri ini.
Meski ada beberapa perbedaan mendasar antara siwak dengan gosok gigi menggunakan pasta, namun terdapat kemiripan yang amat dekat di antara keduanya. Tentunya jika pasta yang digunakan tidak mengandung hal-hal yang diharamkan dalam Islam.
Di dalam Islam, bersiwak atau gosok gigi bukan perkara remeh. Ia merupakan hal penting yang memiliki banyak keutamaan. Bukan hanya kesehatan mulut, gigi, lidah, dan gusi, siwak atau gosok gigi juga memberi manfaat dalam peningkatan tingkat intelektualitas sekaligus keshalihan seorang hamba.
Gigi dan mulut yang sehat merupakan pangkal kecerdasan otak. Sebab ada begitu banyak saraf yang terhubung langsung dengan gigi yang tertancap di dalam gusi.
Selain itu, kesehatan gigi juga menjadi sarana bagi bagus atau terpuruknya kondisi sprititual seorang hamba. Hal ini ditunjukkan dari berbagai riwayat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam terkait siwak. Bahkan beliau pernah mengatakan, jika tidak merepotkan, siwak akan diwajibkan setiap hendak shalat.
Menguatkan riwayat tersebut, para ulama pun memberikan penjelasan-penjelasan terkait siwak atau gosok gigi ini. Di antara yang menaruh perhatian besar terkait gosok gigi ini adalah Imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala.
Di dalam kitab Bidayatul Hidayah, beliau menyebutkan 3 manfaat gosok gigi yang erat kaitannya dengan kualitas spiritual seorang hamba Allah Ta’ala.
“Sesungguhnya bersiwak dapat membersihkan mulut, diridhai Allah Ta’ala dan tidak disukai setan.”
Inilah rahasia yang jarang kita ketahui. Inilah keajaiban dari sebuah perintah Nabi yang terkesan remeh dan sangat sederhana. Inilah hikmah agung yang sering dianggap sepele.
Setelah mengetahui hal ini dan berupaya untuk meyakini serta mengamalkannya, hendaknya kita lebih bersemangat dalam beramal shalih.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]