Ini kisah nyata seorang karyawan di Bandara Soekarno Hatta. Sehari-hari, ia hanya bekerja sebagai karyawan yang memasukkan dan mengeluarkan koper penumpang ke pesawat. Namun, Qadarullah, dia berhasil mendapatkan rezeki Haji gratis. Padahal, gajinya tak seberapa. Luar biasanya lagi, enam bulan setelah pulang Haji, istrinya berhasil menyusul beribadah ke Tanah Suci.
Berikut kisah lengkapnya.
Dikisahkan oleh Ustadz Bobby Herwibowo dalam salah satu bukunya. Seorang karyawan biasa saja. Bahkan setiap menaikkan koper ke pesawat atau menurunkannya, ia senantiasa berujar dalam hatinya, “Kapan ya bisa mengangkat koper saya sendiri?”
Demikian setiap hari. Hingga dia mulai mengencangkan niat dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Sebab, dia paham; Allahlah Yang Mahakuasa. Dia Berkehendak melakukan apa pun sesuai Kuasa-Nya.
Maka dalam hatinya, ia berkomitmen untuk senantiasa membaca kalimat-kalimat thayyibah setiap hari, saat bekerja, terutama ketika mengangkat koper-koper penumpang, termasuk koper jamaah haji. Dia mengucapkan subhanallah, alhamdulillah, Allahu akbar, astaghfirullah, la ilaha illallah, dan sebagainya.
Selain itu, ia senantiasa mengencangkan niatnya agar bisa rutin menjalankan ibadah harian; shalat wajib berjamaah di masjid, dan ibadah sunnah lain, terutama Tahajjud. Ia juga membicarakannya kepada sang istri, dan meminta agar ia juga mendoakan.
Nikmatnya, Allah Ta’ala memudahkan sepasang suami-istri itu untuk senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala sebagaimana yang mereka niatkan. Hingga, tepat empat bulan setelah mereka rutin menjalankan ibadah-ibadah tersebut, sang suami terpilih sebagai salah satu karyawan yang berhak mendapatkan Haji gratis dari perusahaan. Allahu Akbar.
Mendapat kabar itu, perasaan sang suami bercampur. Ia senang, sekaligus dihantui sedih jika harus menyampaikannya kepada sang istri. Pasalnya, ia hanya boleh berangkat sendiri. Namun, setelah disampaikan dengan cara yang baik, istri yang shalehah itu menjawab, “Saya ikhlas jika Mas harus berangkat sendiri. Tapi doakan ya, supaya Adik bisa menyusul.”
Maka momen paling haru, terjadi ketika pamitan dan keduanya berpelukan dalam sayang dan kasih yang amat penuh. Masya Allah…
Usai Haji, sang suami kembali dalam aktivitas rutinnya. Namun, hingga masa enam bulan setelah kepulangannya, rezeki belum juga ada untuk memberangkatkan sang istri ke Baitullah. Hingga suatu malam, saat sang suami kelelahan, sang istri terbangun seperti biasa untuk mendirikan shalat Tahajjud.
Lelah akut, sang suami hanya bisa memandang istrinya yang sedang beribadah. Namun, ia masih menyaksikan dan sempatkan mengamini doa syahdu yang dipanjatkan oleh istrinya. Kata sang istri, malam itu beda dengan malam lainnya. Rasanya tenang, adem, dan menentramkan. Ia sangat merasa bahwa Allah Ta’ala mendengarkan setiap kata pintanya.
Subuh pun masuk. Sang suami bangun untuk berjamaah di masjid. Lepas Subuh, ketika sang istri menyeduh kopi untuk suaminya, ada panggilan masuk ke ponsel sang suami. Dari seberang, yang ditanya adalah istrinya.
Agak lama, sang istri hanya diam mendengarkan pembicaraan orang di seberang suara yang ternyata masih saudara. Terus seperti itu, hingga sang suami merasa bingung dan berpikir bahwa ada kabar buruk berupa meninggal dunia atau musibah lainnya.
Rupanya, yang baru saja didengar adalah kabar gembira yang selama ini ditunggu. “Mas, barusan yang nelpon Teh Arni. Beliau mau berangkat Haji. Tapi, suaminya tidak bisa mendampingi karena urusan kerjaan.”
Sang suami hanya mendengarkan dengan hening, sembari menunggu lanjutan penuturan sang istri. “Dia meminta saya untuk menemani. Semua biaya ditanggung.” lanjutnya diiringi isak tangis penuh keharuan. Sambil menahan suara paraunya, ia berkata, “Apakah Mas mengizikanku untuk berangkat ke Tanah Suci?”
Tanpa kata, sang suami langsung memeluk istrinya. Agak lama, kemudian dia berkata, “Coba tadi Mas ikut Tahajjud ya? Mungkin kita bisa berangkat bareng.”
Allahu akbar walillahil hamd. [Pirman]