Petuah Ayah Serigala kepada Anaknya

0

Gunakan kisah untuk memberikan nasihat. Ia akan mudah diingat, menginspirasi, dan memberikan bekas yang lebih mendalam kepada pemberi dan penerima nasihat. Selain itu, nasihat berbentuk kisah amat mudah dipoles agar nampak sangat memesona, baik dengan cara bertutur, atau menambahkan asesoris agar memperkaya makna nasihat tersebut.

Bahkan, seorang ayah serigala juga menyampaikan nasihat kepada anaknya. Sayangnya, anak serigala lupa. Sehingga mengkhianati nasihat ayahnya, dan ia hendak mati karenanya.

Berkatalah ayah serigala kepada anaknya, “Nak, jangan takut kepada hewan apa pun.” “Namun,” lanjutnya sampaikan peringatan, “Berhati-hati dan waspadalah kepada makhluk yang berjalan dengan dua kakinya.”

Yang dimaksud oleh ayah serigala adalah manusia. Sebabnya, sebagaimana kelanjutan nasihatnya itu, “Manusia memiliki akal yang bisa digunakan untuk berpikir.”

Berbilang hari berikutnya, sang anak serigala pun bertemu dengan seorang lelaki. Dengan sigap, lelaki itu diterkam. Bahkan, lelaki malang ini hampir terbunuh lantaran terkaman anak serigala yang beringas dan kelaparan.

Entah apa sebabnya, anak serigala itu teringat dengan nasihat ayahnya. Maka, dengan tetap mengencangkan terkamannya kepada lelaki itu, ia bertanya, “Kata ayah, aku harus waspada jika bertemu manusia. Sebab kalian memiliki akal.” Pinta sang anak serigala, “Maukah kautunjukkan akalmu kepadaku.”

“Tentu saja,” sambar sang lelaki. “Tapi,” lanjutnya berkelit, “aku meninggalkan akalku di rumah.” Saat anak serigala mendengar penuturannya dengan antusias, lelaki ini pun meminta izin, “Jika kamu melepaskanku, aku akan pulang ke rumah dan mengambilnya untuk ditunjukkan kepadamu.”

Penasaran ingin melihat akal, anak serigala menyetujui persayaratan sang lelaki. Ia dilepaskan. Sebelum pergi, lelaki ini menyampaikan syarat kedua, “Izinkan aku mengikatmu.” Tuturnya beralasan, “Khawatirnya, jika aku kembali membawa akal, kau sudah tidak ada di sini. Dengan diikat, kaubisa saksikan akal yang akan kubawa dalam beberapa saat.”

Kedua kalinya, anak serigala ini menyetujui persyaratan yang disampaikan oleh lelaki ini. Ia pun terikat.

Tak lama kemudian, datanglah lelaki itu membawa kayu yang besar dan panjang. Dengannya, ia memukuli anak serigala yang terikat. Anak serigala itu pun pasrah, tak berdaya, dan tak kuasa pula berlari atau membalas.

Saat hampir mati, anak serigala itu baru menyadari makna nasihat ayahnya.

Semoga kisah anak serigala ini bisa memberikan hikmah yang mendalam kepada kita. Sebagai apa pun kita dalam menjalani hidup yang sementara ini. [Pirman]

Sumber: Bersama Ayah Meraih Jannah, Solikhin Abu Izzuddin.

Artikel sebelumnyaMana yang Lebih Utama; Membaca Tasbih atau Istighfar?
Artikel berikutnyaHati Membatu, Badan Lemah, dan Terhalang Rezeki? Inilah Sebabnya