
Kasih sayang adalah salah satu nafas Islam. Ia merupakan ajaran yang amat mulia sehingga harus dijunjung tinggi. Rasulullah Saw adalah orang yang paling besar rasa kasih dan sayangnya kepada sahabat, keluarga dan seluruh umatnya. Di sepanjang kehidupan, beliau juga banyak menasehatkan anjuran berkasih sayang sebagaimana diriwayatkan dalam banyak sabdanya.
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam at-Tirmidzi, dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash. Rasulullah Saw bersabda, “Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Dzat Yang Maha Penyayang,” lanjut sabda beliau sebagaimana diriwayatkan pula oleh Imam al-Hakim, “sayangilah penduduk bumi, niscaya kau akan disayangi oleh penduduk langit.”
Masih dari sahabat yang kelak menaklukan Mesir itu, Rasulullah Saw dalam kesempatan lain berpesan, “Kasihanilah, niscaya kalian akan dikasihi,” lanjut beliau sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam riwayat ini, “dan maafkanlah, niscaya Allah Swt akan mengampuni kalian.”
Kasih sayang hanya diberikan kepada mereka yang beruntung. Maka siapa saja yang darinya dicabut rasa kasih sayang itu, ia tergolong ke dalam kelompok orang yang celaka.
Sahabat Abu Hurairah Ra mendengar Abu al-Qasim (julukan untuk Rasulullah Saw) bersabda, “Tidaklah kasih sayang dicabut, kecuali dari orang-orang yang celaka.” Demikianlah diantara sebaik-baik perkataan Rasulullah Saw sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam at-Tirmidzi, dan Imam Ibnu Hibban.
Kasih sayang Allah Swt dibagi menjadi seratus bagian. Sebagaimana diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah, “Allah Swt membagi kasih sayang menjadi seratus bagian.” Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Dia menyimpang sembilan puluh sembilan bagian di sisi-Nya dan menurunkan satu bagian ke bumi.”
Dari satu bagian yang Allah Swt turunkan di bumi itu, lanjut sabda yang juga dirawikan oleh Imam Muslim itu, “Para makhluk saling mengasihi, hingga seekor binatang akan mengangkat kakinya dari anaknya karena khawatir akan menginjaknya.”
Sahabat Umar bin Khaththab suatu kali menceritakan. Seusai perang, ada salah satu tawanan perang wanita yang mencari anaknya. Setelah berupaya sekuat tenaga, ditemukanlah sang anak. Alangkah bahagianya sang ibu itu. Kemudian, anak yang telah ditemukan itu digendong, ditempelkan ke perutnya, kemudian ia susui sepenuh cinta.
Melihat kejadian itu, Nabi Saw bertanya, “Apakah wanita itu tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?”
Sahabat yang tengah berkumpul, serentak menjawab, “Tidak, demi Allah.”
Nabi yang mulia kemudian memberikan sebuah pengajaran amat singkat, namun sarat maknanya, “Sungguh, “ kata beliau melanjutkan, “Allah Swt lebih mengasihi hamba-hamba-Nya melebihi kasih sayang wanita itu kepada anaknya.”
Demikian hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim ini mengajarkan kepada kita.
Ya Allah, ampuni kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyayang. [Pirman]