Perjuangan Mengalahkan Sakit dan Malas

0
ilustrasi

Saya suka menulis. Sudah pernah ikut kelas menulis online. Sudah beberapa kali belajar via channel youtube-nya para penulis tentang kiat menulis yang baik.

Tapi dari semua itu, jujur belum ada yang mengena di hati. Hingga akhirnya mencoba ikut Belajar Menulis Online yang digagas Mbah Pirman.

Alhamdulillah saya menemukan kliknya. Saya menemukan alasan kuat mengapa harus menulis, satu-satunya alasan yang belum saya dapatkan dari belajar pada yang lain. Dan saya dapatkan di sini. Di kelas ini.

Tentang apakah itu? Dakwah.

Iya, tentang dakwah. Menulis bukan asal mengeluarkan isi kepala. Menulis bukan asal buku terbit. Menulis bukan asal dapat uang banyak. Tapi lebih dari itu. Alasan dakwah yang membuat tekad saya semakin kuat untuk menulis.

Penjelasan tentang menulis untuk berdakwah membuat saya terhentak. Betapa kita semua butuh didakwahi dan berdakwah. Meski sudah banyak bermunculan pendakwah tulisan, tapi itu belum cukup menjangkau seluruh rakyat di negeri ini.

Butuh agen-agen pendakwah yang banyak agar pesan kebaikan tersampaikan merata. Dan jika ingin menjangkau lebih banyak orang untuk mendapat kebaikan dari apa yang kita sampaikan, maka menulis bisa menjadi sarana yang efektif.

Saya ingin memperkuat kembali alasan untuk menulis. Agar tak ada lagi rasa malas. Agar selalu semangat menulis demi sebuah kebaikan. Agar tidak terlena oleh kelemahan diri dan banyaknya alasan. No excuse!

Setelah mendapatkan materi pertama Belajar Menulis Online, saya ingin segera nulis nulis dan nulis meski badan masih kurang sehat dan ada dua balita yang butuh diperhatikan.

Materi yang disampaikan membangkitkan semangat untuk menulis. Sempat lemas karena sakit, tapi tetap berusaha mendengerkan materi. Alhamdulillah makin semangat, semangat cepat sembuh dan semangat menulis lagi.

Memang selama ini saya spontan menulis jika sedang emosional. Saat galau, bingung, marah, sedih, lemas dan malas. Alhasil, materi ini membuat sel-sel tumbuh, kembali berenergi. Jadi makin semangat. Benar kata pemateri, menulis bisa menjadi terapi.

Terlebih bagi seorang perempuan seperti saya yang butuh banyak mengeluarkan 20.000 kata per hari agar tetap happy. Kan kalau curhat ke suami juga terbatas, jadi disalurkan lewat tulisan.

Misi Dakwah

Ketika jalan-jalan ke toko buku, saya melihat begitu banyak buku best seller tapi tidak memiliki manfaat dakwah. Malah banyak yang cenderung negatif.

Pertanyaanya, kenapa bisa sampai terbit bahkan best seller?

Alasan ini juga yang seharusnya membuat saya semangat menulis. Menulis banyak kebaikan. Karena jika tidak bergerak sekarang, akan ada banyak hal tidak baik yang lebih dulu rilis.

Oke, let’s fight! Kalahkan rasa malas, banyak alasan, dan kata tidak bisa. Yakinlah pada diri sendiri, jika orang lain bisa, kita pasti bisa. Bukankah Allah sudah memberi kita potensi terbaik? Itulah amanah yang harus kita memanfaatkan semaksimal mungkin.

Allah juga tidak akan mengubah nasib seseorang jika dia tidak mengubah nasibnya sendiri. Artinya disuruh gerak, action, usaha. Lalu sempurnakan dengan doa. Maka yang kita anggap tidak mungkin akan menjadi mungkin.

Semoga kita semua bisa melejitkan diri, mewujudkan impian,
dan membuktikan pada banyak orang bahwa kita bisa menjadi penulis.

Ingat! Tidak sekedar menulis. Pastikan bermanfaat dan best seller. Kerahkan semua tenaga untuk mencapainya. Kelak Allah akan melihat usaha keras dan ketulusan niat kita.
Bisa. Bisa. Bisa. Saya pasti bisa!

Let’s fight!!! [Intan Nur Kumalasari – Peserta Belajar Menulis Online]

Artikel sebelumnyaAir Mataku Cukup Allah Yang Tahu
Artikel berikutnyaMengapa Kau Tak Suka Kematian? Jawaban Ummu Harun Bikin Ulama Pingsan