Di antara ekspresi syukur adalah dengan melakukan sujud. Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah melakukan sujud yang sangat lama sebagai wujud syukur hingga sahabatnya mengira bahwa Nabi telah wafat.
Peristiwa apakah yang membuat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melakukan hal itu?
Dikisahkan oleh ‘Abdurrahman bin ‘Auf, beliau melihat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi berjalan ke arah tombaknya. Tak lama kemudian, beliau masuk ke dalam masjid, menghadap Kiblat, dan melakukan sujud yang amat lama.
Setelah usai, sahabat Nabi yang terkenal dengan kekayaan dan kedermawanannya ini berkata, “Wahai Rasulullah, engkau bersujud satu kali dengan sujud yang lama.” Tanya sang sahabat penuh keheranan, “Saking lamanya, sampai-sampai aku mengira bahwa Allah Ta’ala telah menyabut jiwamu.”
“Tadi,” jawab Nabi yang mulia akhlaknya ini, “Jibril mendatangiku.”
Rupanya, malaikat Jibril mengunjungi beliau untuk menyampaikan Firman Allah Ta’ala terkait hamba dan Rasul-Nya ini.
Allah Ta’ala berfirman sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan dikutip Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam ‘Uddatush Shabirin, “Barang siapa bershalawat kepadamu (Muhammad), Aku akan bershalawat kepadanya. Barang siapa mengucapkan salam kepadamu, Aku akan mengucapkan salam kepadanya.”
“Karena itulah,” pungkas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjelaskan, “aku langsung bersujud kepada Allah Ta’ala sebagai ungkapan syukur.”
Mahabenar Allah Ta’ala dengan segala firman-Nya. Terpujilah Nabi dan Rasul-Nya yang mulia. Dialah sosok kekasih nan terpilih. Dialah sosok yang saat dipuji, Allah Ta’ala akan langsung membalas siapa yang memujinya.
Bahkan dalam riwayat lain disebutkan, satu shalawat akan berbalas sepuluh shalawat dari Allah Ta’ala. Bukankah ini suatu tawaran pahala yang amat menggiurkan?
Pasalnya, memuji Nabi adalah kebutuhan dan keniscayaan bagi kita yang mencintainya. Namun, meski kita yang butuh, Allah Ta’ala akan langsung membalas shalawat yang kita sampaikan.
Maka membiasakan bershalawat adalah amal shaleh yang bernilai unggul di sisi-Nya. Tentu, bukan sekadar ucapan ritual. Melainkan ucapan yang dihayati dengan sepenuh hati, lalu berupaya sekuat tenaga untuk mengamalkan sunnah-sunnah beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Muhammad. [Pirman]