Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham berkeliling ke dapur dan kebun rumahnya. Sekadar menyambangi oorang-orang yang bekerja untuk bertanya kabar dan ngobrol ringan. Saat sampai di dapur, khadimat di rumahnya sedang menangis.
Dai asal Banjarmasin ini pun bertanya. Beliau khawatir, tangis khadimatnya disebabkan kurangnya gaji atau zalimnya pihak keluarga beliau.
Setelah si khadimat menenangkan diri, ia pun berkisah. Tangisnya terjadi lantaran ingat kepada anaknya. Dahulu, wanita ini termasuk keluarga tidak mampu. Ketika melahirkan, anaknya dipungut oleh keturunan China. “Saya relakan. Sebab saya tidak mampu mebiayainya.” tuturnya, terdengar serak.
Sayangnya, si anak pun dimasukkan ke dalam agama Budha. “Saya menangis, karena anak saya mengikuti agama orang tua asuhnya itu. Budha.” lanjut si Khadimat penuh penyesalan.
“Bu,” tutur Kiyai Arifin, “siapa yang memiliki hati anak ibu itu?”
“Allah,” jawab si khadimat.
“Kalau begitu,” lanjut Kiyai Arifin, “doakan anak ibu. Mudah bagi Allah Ta’ala untuk membalikkan hati anak ibu hingga kembali ke dalam pangkuan fitrah Islam.”
Ibu yang sudah lama bekerja di kediaman Kiyai Arifin itu pun merasa tenang mendengar nasihat majikan sekaligus guru spiritualnya itu.
“Bu,” Kiyai Arifin kembali berujar, “bolehkah saya bertemu dengan anak ibu? Sekali saja.” pinta dai yang kini tengah menunggu kelahiran anak ketujuh itu.
“Boleh, Ustadz.”
Si ibu pun menghubungi anaknya. Lalu mengatur jadwal untuk bertemu. Si anak sudah dewasa dan juga berkuliah.
“Alhamdulillah, hanya sekali bertemu dengan Arifin.” kisah Kiyai Arifin dalam Dzikir Akbar di masjid Baitussalam BSD Tangerang Selatan, “Arifin berdiskusi dengannya. Lalu dia memutuskan masuk ke dalam Islam yang mulia.”
Sebagai hadiah, Kiyai Arifin Ilham pun mengajak anak khadimatnya ini pergi umrah ke Tanah Suci akhir Desember 2015 ini. “Ini umrah hadiah dari Arifin. Insya Allah berangkat tanggal 20 Desemberi 2015. Mohon doa dari Ayah, Bunda, dan jamaah sekalian.”
Mudah bagi Allah Ta’ala untuk membolak-balikkan hati. Tugas kita adalah mendakwahi dengan hikmah dan senantiasa mendoakan. Sebab Islam merupakan agama yang paling selaras dengan fitrah manusia.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]