Cahaya sering digunakan oleh Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai perumpanaan kebaikan. Sebaliknya, kegelapan adalah contoh keburukan yang sering dialamatkan kepada mereka yang menentang Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Shalat adalah cahaya. Ia menjadi penerang bagi fisik, pikiran dan jiwa pelakunya. Wajah orang yang melakukan shalat senantiasa memancarkan cahaya kesejukan, enak dipandang, nyaman dibersamai, tak ada kebosanan saat menatapnya.
Orang Islam yang beriman dan khusyuk dalam shalatnya, pikirannya adalah pelita bagi orang-orang di sekitarnya. Maka produk pikirannya-berupa tulisan maupun lisan-senantiasa mencerahkan dan memiliki daya ubah bagi orang lain yang menjumpainya.
Sedangkan pancaran cahaya nuraninya menembus melewati batas-batas indrawi dalam kecintaannya kepada Allah Ta’ala. Karenanya, semesta alam bertasbih seraya mendoakan keberkahan untuknya.
Inilah pribadi-pribadi yang hadirnya dinantikan, tiadanya dirindukan, kalamnya menyejukkan, tatapan matanya damai nan sejuk, dan perangainya memesona kawan maupun lawan.
Pelaku shalat, terjamin baginya petunjuk hingga berhak atasnya surga. Kelak di hari Kiamat, shalat akan bersaksi untuknya dengan persaksian yang tiada dusta di dalamnya.
“Jika seorang hamba memelihara shalatnya,” dengan, “menegakkan wudhunya, rukuknya, sujudnya, serta bacaannya,” terang Rasulullah sebagaimana diriwayatkan Imam Thabrani, “Maka shalat akan berkata padanya, ‘Allah memeliharamu seperti engkau memeliharaku.'”
Kemudian, lanjut Nabi dalam hadits yang diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit ini, “Lalu diangkat ke langit dan baginya cahaya sampai tiba di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla sehingga (shalat itu) memberi syafaat bagi orangnya.”
Tidak ada kerugian bagi pelaku shalat yang khusyuk dalam shalatnya. Bagi mereka pahala nan agung dan kemuliaan di akhirat yang abadi.
Kaum muslimin yang benar imannya, kemudian mendirikan shalat dengan berjamaah karena Allah Ta’ala dan mengikuti sunnah Rasulullah, kelak mereka akan diberikan karunia melewati shirath seperti kilat yang menyambar dan dimasukkan ke dalam golongan Sabiqin (orang yang terdahulu dalam iman).
Slain itu, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Imam Thabrani, “Pada Hari Kiamat dia datang bagai bulan purnama.”
Ditambahkan dalam riwayat Imam Abu Dawud dan Tirmidzi, “Berilah kabar gembira bagi orang yang berjalan dalam kegelapan menuju masjid dengan cahaya sempurna pada Hari Kiamat.”
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita generasi yang ahli shalat. Aamiin. [Pirman]