Orang-Orang Laknat yang Bahagia dan Menghina Ketika Anak laki-Laki Nabi Wafat

0
sumber gambar: www.lapresse.ca

Di dalam masyarakat Arab, ketika ada seseorang memiliki anak yang banyak dari jenis laki-laki dan perempuan, kemudian semua anak laki-lakinya meninggal dunia, maka mereka menyebut orang tersebut sebagai yang terputus keturunannya (abtar).

Ketika semua anak laki-laki Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meninggal dunia ketika masih kecil, orang-orang Quraisy dari kalangan pembenci dakwah saling mengejek, menghina, dan berbahagia atas kesedihan yang dialami oleh Baginda Terkasih.

Al-‘Ash bin Wail, misalnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu lshaq dari Yazid bin Rauman, selalu berkata menghina Sayyidina al-Musthafa, “Biarkan saja dia berkata sesukanya! Dia itu terputus keturunannya! Jika dia sudah mati nanti, habislah sebutannya!”

Yang tak kalah caci makinya, ialah paman Nabi yang bernama Abu Lahab. Di malam ketika kesedihan Baginda Nabi memuncak lantaran kematian terakhir anak laki-lakinya, Abu Lahab berkata dengan pongah dan penuh kebencian sebagaimana diriwayatkan oleh Atha’, “Sudah putuslah keturunan Muhammad malam ini!”

Laki-laki laknat lainnya, sebagaimana dikutip oleh Hamka dalam Tafsir al-Azhar dari Syamr bin ‘Athiyah, Uqbah bin Mu’ith berkata penuh bahagia ketika mendengar kematian anak laki-laki Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meninggal dunia, “Putuslah dia!”

Maka kepada laki-laki laknat yang berbahagia ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengalami kesedihan, Allah Ta’ala langsung merespons komentar mereka dengan menurunkan firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang yang membenci engkau (Muhammad) itulah yang terputus!” (Qs. al-Kautsar [108]: 3)

Kini, kebenaran firman Allah Ta’ala tersebut kita buktikan. Masih adakah orang zaman ini yang keturunannya tersambung hingga ke Abu Lahab, al-‘Ash bin Wail, Uqbah bin Abu Mu’ith, dan orang-orang kafir Quraisy lainnya?

Tidak ada satu pun!

Sebaliknya, dari jalur Fathimah az-Zahra binti Muhammad yang menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, terlahir banyak keturunan shalih-shalihah yang hingga kini masih tersambung nasabnya hingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Selain itu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa disebut-sebut oleh milyaran kaum Muslimin di dunia ini, dari generasi pertama umat Islam hingga akhir zaman kelak. Bahkan, nama Nabi yang disebut ‘abtar’ oleh orang kafir ini disandingkan dengan nama Allah Ta’ala dalam kalimat syahadat dan shalawat serta kalimat thayyibah lainnya.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaTingkatan Syukur yang Paling Tinggi
Artikel berikutnyaOknum Sesat dalam Tasawuf